REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Kisah hidup Peraih Nobel Perdamaian dan aktivis asal Pakistan, Malala Yousafzai akan diangkat dalam sebuah film dokumenter oleh Apple TV+. Malala diketahui telah menandatangani kesepakatan dengan Apple TV+ untuk memproduksi film drama dan dokumenter yang berfokus pada wanita dan anak-anak.
"Kemitraan ini diharapkan dapat menginspirasi seluruh orang di dunia," ujar Apple TV+ dalam sebuah pernyataan, dilansir Aljazirah, Rabu (10/3).
Apple TV+ mengatakan, konten dokumenter tentang Malala juga akan disajikan dalam bentuk animasi dan serial anak-anak. Malala berharap, kisah hidupnya dapat menjadi inspirasi bagi semua orang terutama kaum muda dan wanita.
“Saya berharap melalui kemitraan ini, saya dapat membawa suara-suara baru ke platform ini, ke tahap ini. Saya berharap melalui kisah hidup saya, lebih banyak orang muda dan perempuan akan mendapatkan inspirasi,” ujar Malala.
Sebelumnya, Apple memproduksi film dokumenter tentang Malala pada 2015 dan bekerja sama dengan Malala Fund pada 2018 untuk mempromosikan pendidikan menengah bagi anak perempuan di seluruh dunia. Malala mendapatkan Penghargaan Nobel Perdamaian saat berusia 17 tahun pada tahun 2014.
Malala lulus dari Universitas Oxford pada tahun lalu. Sejak saat itu, dia membuat publikasi digital untuk anak perempuan dan wanita yang tersedia di Apple News. Dia juga membentuk perusahaan produksi televisi sendiri yang fokus membuat konten terkait hak anak-anak dan wanita.
"Saya percaya pada kekuatan cerita untuk menyatukan keluarga, menjalin persahabatan, membangun gerakan, dan menginspirasi anak-anak untuk bermimpi," kata Malala.
Saat berusia sepuluh tahun, Malala membuat marah kelompok Taliban di pedesaan barat laut Pakistan karena berkampanye mengenai hak pendidikan untuk anak perempuan. Pada saat itu, Taliban melarang pendidikan untuk anak perempuan dan melarang perempuan untuk bekerja.
Malala menarik perhatian internasional dengan sejumlah blog dan artikel yang dia tulis dengan nama pena untuk BBC. Dia menulis blog dan artikel mengenai kehidupannya sehari-hari dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Namun tulisan Malala membuat Taliban semakin marah dan mengincar Malala untuk dibunuh.
Pada Oktober 2012, seorang anggota Taliban menembak Malala yang saat itu berusia 15 tahun di dalam mobil van sekolah. Peluru menyerang di dekat mata kirinya, menembus leher dan bersarang di bahunya.
Dia pulih setelah berbulan-bulan menjalani perawatan di dalam dan luar negeri. Dia ikut menulis memoar terlaris berjudul I am Malala yang menarik perhatian internasional.