REPUBLIKA.CO.ID, oleh Zainur Mahsir Ramadhan, Nawir Akbar Arsyad, Ali Mansur, Rizky Surya
Drama konflik antarkubu Partai Demokrat masih berlanjut. Kali ini giliran Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat kepemimpinan AHY, Herzaky Mahendra Putra, menanggapi tangisan Darmizal yang mengaku menyesal pernah mendukung SBY. Menurut Herzaky, mantan kader yang berpaling saat Demokrat terancam gagal electoral threshold sebaiknya tidak membuat drama berlebihan.
‘’Bukan sinetron Korea ini. Mantan kader jangan baper, jangan buat drama,’’ ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (10/3).
Dia mengingatkan, agar Darmizal jangan seolah-olah menjadi pihak yang paling punya jasa dan peduli terhadap partai. Khususnya, mengingat Darmizal yang pindah haluan menjadi relawan Jokowi saat survei Partai Demokrat jatuh di Pileg 2019 lalu.
‘’Begini sikap seorang kader setia dan militan? Kalau sudah berkhianat sebelumnya, tak heran kalau kemudian berkhianat lagi dengan membawa-bawa orang luar untuk dijadikan ketua umum dalam KLB dagelan tidak sah dan tidak dihadiri pemilik suara,’’ katanya.
Dia juga menampik jika para pemilik suara sah Partai Demokrat telah curhat ke Darmizal. Sebab, sejak dulu Darmizal ia sebut tidak memiliki peran penting di Partai Demokrat.
‘’Apalagi ngaku-ngaku berjasa dorong Pak SBY jadi ketum Demokrat. Kader-kader senior yang tahu tindak-tanduk Darmizal di zaman dulu, hanya bisa geleng-geleng dan mengelus dada saja dengar bualan Darmizal,’’ ucap dia.
Baca juga : Normalisasi Sungai Lambat, Wagub DKI: Banyak Mafia Tanah
Herzaky menegaskan, keberanian Darmizal untuk bersikap demikian tidak lain karena dekat dengan oknum kekuasaan. Herzaky juga menepis tuduhan Darmizal soal AHY yang meminta adanya setoran dari DPD-DPC. Menurutnya, tuduhan itu hanya nyanyian sumbang dari kader yang sudah dipecat.
‘’Memang mantan-mantan kader yang hidup di era feodal, biasanya kalau melakukan apa-apa mesti dikasih sesuatu dulu baru bergerak. Pola yang sama bisa kita lihat di kegiatan politik dagelan yang mereka buat di Deli Serdang,’’ ungkap dia.
Kemarin kepada media, mantan kader Partai Demokrat, Darmizal, mengaku menyesal telah memenangkan SBY sebagai ketua umum pada 2015. Saat itu, ia mengenang sebagai sosok yang mengumpulkan ketua DPD dan DPC untuk mendukung SBY.
"Saya sangat menyesal memang menjadi aktor tim buru sergap untuk mendatangi ketua-ketua DPD, mengumpulkan ketua-ketua DPC agar mereka berbulat tekad membangun chemistry agar Pak SBY yang dipilih dalam Kongres 2015," ujar Darmizal di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (9/3).
Menceritakan hal tersebut, ia menangis telah memenangkan SBY. Pasalnya, secara tak langsung ia melahirkan kepengurusan Partai Demokrat yang dikuasai oleh keluarga Cikeas.
"Saya bersalah, saya tidak tahu kalau akan lahir rezim diktator ini. Sungguh saya tidak tahu akan ada PO yang memberatkan kalian menyetor setiap bulan, malu saya, saya malu," ujar Darmizal.
Darmizal menjelaskan pula bahwa Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko tak terlibat dalam perencanaan forum yang melahirkan KLB. Moeldoko disebut baru menyatakan kesediaannya menjadi ketua umum pada 5 Maret 2021 sore.
Baca juga : Demokrat Kubu Moeldoko Bantah Libatkan Intel Polisi
"Bapak Moeldoko sampai dengan tanggal 5 Maret sore baru menyatakan kesediaannya menjadi caketum, dan itu pun dalam keadaan kekagetan. Saya bicara dengan beliau yang sedang menjalankan tugas," ujar Darmizal.
Ia menegaskan, Moeldoko tidak pernah mendatangi pihaknya untuk menggelar KLB dan menjadikannya sebagai ketua umum Partai Demokrat. Sedangkan, pertemuan yang terjadi sebelum AHY menyatakan adanya gerakan pengambilalihan pada 1 Februari lalu, juga ditegaskannya bukan membicarakan KLB.
Pertemuan itu hanyalah membahas upaya-upaya untuk mengirimkan bantuan ke Kalimantan Selatan yang saat itu terkena bencana banjir. Bukan untuk mendorong Moeldoko menjadi pimpinan Partai Demokrat, menggantikan AHY.
"Apa yang menjadi diskusi kecil-kecil ini meledak menjadi konferensi pers yang disebut dagelan kudeta, pengambilalihan kekuasaan ketua umum Partai Demokrat," ujar Darmizal.
Barulah setelah itu, adanya keluhan dari para kader yang menilai Partai Demokrat telah jauh dari yang dicita-citakan. Pasalnya, partai berlambang bintang mercy itu kini dinilai telah dikuasai oleh keluarga SBY.
"Keresahan kader-kader di bawah mau disalurkan ke mana, tidak ada saluran, mau melapor ke sini ketua majelis tinggi partai adalah bapak, wakil ketua adalah adalah anak yang juga ketua umum, mau lapor wakil ketua umum adiknya ketua umum," ujar Darmizal.
Ia menegaskan, KLB yang menunjuk Moeldoko sebagai ketua umum adalah sah. Sebab, ditunjuknya Kepala KSP itu merupakan forum yang telah didukung oleh pemilik suara di DPD dan DPC.
"Yang jelas kita berharap, kami berharap Partai Demokrat pascakongres luar biasa kembali menjadi partai yang disenangi rakyat, rumah bagi semua orang, partai yang terbuka, modern, akuntabel, santun, cerdas, dan tangkas," ujar Darmizal.