REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M Faqih, mengemukakan upaya menjaga kestabilan ekonomi di saat membatasi pergerakan masyarakat saat pandemi ibarat simalakama. Karena itu IDI menekankan upaya penanganan pandemi harus didasarkan pada ilmu pengetahuan.
"Ini ibarat simalakama. Kalau di-lockdown, ekonomi lumpuh, orang stres dan rentan infeksi. Tapi kalau dibiarkan bergerak, juga berisiko," katanya dalam agenda jumpa pers di Kantor Pengurus Besar IDI, Jakarta Pusat, Rabu (10/3) siang.
Daeng mengatakan kebijakan lockdown atau karantina wilayah pada kenyataannya bukan hanya mengakibatkan kelumpuhan ekonomi. Masyarakat yang dibatasi ruang geraknya berpengaruh pada daya tahan tubuh dan imun.
Kenyataan itu berdasarkan pengamatan IDI dalam setahun terakhir pada penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta maupun di sejumlah kota besar di Indonesia. "Jurnal ilmiah internasional sudah melaporkan bahwa kelumpuhan ekonomi berdampak langsung pada peningkatan infeksi dan kematian. Ini menurut pakar," katanya.
Daeng menyarankan agar seluruh polemik penanganan Covid-19 di Indonesia perlu diselesaikan berdasarkan ilmu pengetahuan. "Presiden selalu katakan berbasis sains. Sebab pasti analisisnya objektif. Kalau berdebat berdasarkan ilmu pengetahuan yang objektif akan menghasilkan keputusan yang baik," katanya.
Daeng menyarankan agar pemulihan ekonomi maupun pembatasan gerak masyarakat selama pandemi dicari masing-masing jalan keluarnya. "Harus ada ikhtiar. Diselesaikan dua-duanya (persoalan ekonomi dan pembatasan sosial)," katanya.