REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengunjungi langsung fabrikasi pertashop di kota Bandar Lampung untuk keperluan distribusi BBM nonsubsidi pertamax di wilayah Sumbagsel. Kepala BPH Migas dan Tim didampingi oleh Project Manager PT. Glory Bumi Nusantara Rudi Hardiana, SAM Pertamina Lampung-Bengkulu Donny Brilianto, SBM Pertamina Lampung Agung Keshara, Selasa (9/3).
"BPH Migas bertanggungjawab mengawasi implementasi Mini SPBU yang dibuat oleh Badan Usaha termasuk Pertamina karena ini amanah UU Migas pasal 8 ayat 2 dan 4, dimana BPH Migas selaku wakil pemerintah yang bertanggung jawab mengatur dan mengawasi ketersediaan dan Distribusi BBM di seluruh NKRI , BBM tersebut adalah BBM Subsidi (JBT, BBM Penugasa (JBKP) juga BBP Non Subsidi." Jelas Ifan sapaan untuk M Fanshurullah Asa.
Ia menyebut Pertamina menargetkan untuk membangun 10 ribu Pertashop di 2021. Sementara, menurut Ifan permintaan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama untuk menambah menjadi 12 ribu pertashop harus dipandang positif.
Lebih Lanjut Ifan menjelaskan BPH Migas mendukung langkah Pertamina untuk memperbanyak Mini SPBU/Pertashop karena beberapa hal, antara lain:
1. Mengurangi konsumsi penggunaan BBM Penugasan (JBKP) Premiun RON 88
2. Membuat masyarakat yang jauh dari SPBU bisa membeli dekat dari rumah dengan harga yang sama dengan SPBU
3. Mengurangi secara alami Pertamini yang ilegal tanpa ijin usaha niaga, dengan harga diatas harga spbu dan tidak ada standar safety dan teknis kalibrasi dari pemerintah
4. Mengurangi emisi karbon di wilayah tersebut karena yang dijual Pertamax dengan RON 92
5. Menggerakkan UMKM di desa dan kecamatan , karena harga investasi membangun pertashop hanya berkisar Rp 300’sd 500 juta dengan margin sekitar Rp 850 per liter.
Namun Kepala BPH Migas mewanti-wanti kepada Pertamina juga Indomobil Exxon dan badan usala Lainnya yang membangun Mini SPBU seperti Pertashop dan microsite bahwa Pembanguan di Mini SPBU tersebut harus dikaji dan survey dulu daya jualnya karena kalau penjualannya BBM nya dibawah 400 liter per hari maka potensi besar Pertashop tersebut akan tutup karna tidak untung, karena BEP (break event pointnya) 400 liter idealnya penjualannya mendekati 1000 liter per hari.
Hal lainnya BPH Migas menyampaikan agar Pertamina membangun Pertashop harus jarak dengan SPBU minimal 10 km dan antar Mini SPBU 5 km, kalau tidak BPH migas akan meminta dibongkar atau dipindahkan lokasinya. BPH migas tidak mau terjadi pertashop juga microsite seperti kehadiran Alfamart dan Indomaret yang dibangun bisa bersebelahan, karna wilayah Indonesia masih luas baik di tingkat desa atau kecamatan.
Hal lain juga yg perlu diperhatikan jangan sampai target 12 ribu terlalu optimistis tetapi tidak didukung kemampuan fabrikasi dan pengadaan mobil truck tanki yang mensuplai BBM dari depo. "Jika target 12 ribu setahun maka rata-rata produksi pertashop sebulan 1200 buah. Karena waktu tinggal 10 bulan, padahal pertashop yang ada saat ini baru sekitar 1.000 buah itu juga dibangun sudah sekitar 2,5 tahun, maka perlu sinergi dan kolaborasi dengan semua pihak agar target tersebut dapat tercapai," pungkas Ifan.