Rabu 10 Mar 2021 16:52 WIB

IDI Ingatkan Waspada Mutasi Virus Corona N439K

Saat ini belum ditemukan kasus mutasi N439K di Indonesia.

Ilustrasi virus corona. Setahun setelah pandemi, sejumlah mutasi Covid-19 bermunculan mulai dari B117 hingga N439K.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona. Setahun setelah pandemi, sejumlah mutasi Covid-19 bermunculan mulai dari B117 hingga N439K.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Haura Hafizah, Antara

Sedikitnya empat kasus mutasi Covid-19 yaitu B117 sudah ditemukan di Tanah Air hingga Senin (8/3). Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengingatkan varian baru Covid-19 lainnya yaitu N439K yang lebih 'pintar' dan terjadi di lebih dari 30 negara.

Baca Juga

"Kita menghadapi virus baru, dengan sifat yang berbeda dengan virus yang pernah ada, dengan kecepatan mutasi yang cepat. Belum lama ini pemerintah mengumumkan varian B117, sementara di dunia telah terdapat varian baru lagi yang ditemukan di Ingris yakni N439K," ujar Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih, saat media briefing PB IDI Bertema Setahun Pandemi Covid-19, di kantor IDI, Jakarta, Rabu (10/3).

Ia menambahkan, varian N439K ini sudah berkembang dan terdapat di lebih dari 30 negara. Ternyata N439K lebih pintar dari varian sebelumnya.

Berdasarkan data Thomson yang dihimpun IDI, ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi. Dari data yang didapati, dia melanjutkan, penularan virus dapat melalui aerosol, sehingga yang paling sulit adalah mengendalikan orang-orang yang asimtomatis.  

Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) telah mengingatkan dunia bahwa penyebaran SARS-CoV-2 adalah transmisi airborne melalui droplet udara, microdroplets. Sementara itu, transmisi aerosol tidak mesti batuk atau bersin, bernapas normal dapat menularkan, namun ketika bernapas dan berbicara pun dapat mengeluarkan virus.

Penyebaran dalam bentuk droplets yaitu batuk, bersin, nafas dan berbicara berukuran >5 μm akan mengendap di lantai, sedangkan ukuran <0.8 - 10 μm  tetap ada di udara hingga satu sampai tiga jam dan virus bisa hidup. Ukuran aerosol virus terbanyak 0,5 hingga 5 μm adalah ukuran paling lazim terhirup napas.

"Penularan dapat terjadi tanpa disadari karena data global satu dari tiga orang bisa bersifat asimptomatik atau pre-symptomatik atau tidak bergejala, tetapi mempunyai kemampuan menyebarkan virus sama dengan orang terinfeksi yang bergejala," ujarnya.

Apabila ada seseorang yang terinfeksi, baik bergejala maupun tidak bergejala, secara tidak disadari menghembuskan napas pun dapat menyebarkan virus. Ia mengutip data dari Kumar and Morawska (2019) bahwa keadaan ruangan yang tertutup, di mana udara berputar-putar, atau transmisi pada ruang konferensi dengan udara AC yang berputar-putar maka berpotensi menjadi masalah.

Oleh karena itu, ia mengutip data Van Doremalen (2020) bahwa sistem ventilasi pada umumnya saat ini adalah dengan menggunakan pendingin udara (AC) central, dengan sirkulasi udara yang buruk dan kurang cahaya ultraviolet, maka virus SARS-CoV-2 dapat bertahan hidup hingga tiga jam dalam ruangan.

Kemudian faktor lain seperti iklim, cuaca, suhu, kelembaban dan sinar matahari juga mempengaruhi penyebarannya. Lebih lanjut ia mengatakan, pemakaian masker yang sesuai yaitu masker bedah, N95, KN 94, KF 94 dapat melindungi hingga 90 persen penularan dan tertular.

Penggunaan masker yang baik dan benar sangat penting. Meskipun ada risiko hingga 10 persen keluarnya droplet dan microdroplet dengan pemakaian masker dalam jangka waktu yang lama, walau kadang benar, namun ini sangat bermakna dalam menurunkan transmisi.

"Oleh karena itu, PB IDI memberikan beberapa imbauan kepada masyarakat. Pertama, pastikan kondisi tubuh kita dalam keadaan sehat dan bugar, yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) harus teratur berobat dan terkontrol, dan bagi masyarakat yang belum mengetahui status kesehatannya upayakan semaksimal mungkin skrining komorbid," katanya.

Ia menambahkan, semua pihak membutuhkan percaya diri dan keyakinan bahwa tubuh mampu mengatasi dengan baik jika terinfeksi, hal ini menjadikan aktivitas menjadi prima dan terhindar dari stres. Kemudian, ia meminta masyarakat memastikan bahwa masker yang dipakai adalah masker yang melindungi dan memiliki lapisan anti virus yang benar. Pastikan pula yang dibeli memiliki izin edar yang benar.

Tidak cukup hanya protokol kesehatan 3M, ia menegaskan upaya lain berupa semua ruangan atau tempat umum baik tempat usaha, perkantoran, sekolah, tempat ibadah dll agar membuka jendela, ventilasi terbuka sangat penting untuk menghilangkan viral load di udara yang keluar dari orang-orang yang asimtomatik.

"WHO menganjurkan untuk membuka jendela dalam ruangan yang tertutup," katanya. Jika ruangan yang tidak bisa membuka jendela harus mengunakan pembersih udara (air purifier) yang dapat menyaring dan membunuh virus 99,9 persen.

photo
Varian Virus Corona B117 - (Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement