Kamis 11 Mar 2021 06:25 WIB

Benarkah Mengidolakan Orang Kafir akan Bersama di Akhirat?

Banyak hadits yang tidak dipelajari secara utuh dan menyebabkan salah paham.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Benarkah Mengidolakan Orang Kafir akan Bersama di Akhirat?
Foto: ANTARA/RAISAN AL FARISI
Benarkah Mengidolakan Orang Kafir akan Bersama di Akhirat?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak anak muda yang mengidolakan seorang non-Muslim belakangan ini. Menanggapi fenomena itu, beberapa pihak ada yang mengaitkannya dengan hadits, yakni jika seseorang mengidolakan orang kafir, nanti akan dikumpulkan bersama di akhirat.

Habib Husein Ja’far mengatakan banyak hadits yang tidak dipelajari secara utuh dan menyebabkan salah paham. Rasulullah bersabda, “Seseorang bersama yang ia cintai dan engkau bersama orang yang kau cintai,” (HR at-Tirmidzi No.2307).

Baca Juga

Dia menjelaskan hadits tersebut menceritakan seorang Badui Arab yang mendatangi Rasulullah. Orang itu menanyakan tentang kapan terjadinya kiamat.

Lalu Nabi mengatakan kiamat itu rahasia Allah dan menanyakan jika kiamat besok apa yang akan orang itu persiapkan. “Apa yang kamu persiapkan? Amal saya biasa. Saya tidak mempunyai persiapan yang ekstra kecuali saya mencintaimu Nabi. Nabi menjawab, nah itu sebaik-baiknya persiapan, mencintai aku karena engkau akan mendapat keberuntungan di akhirat. Sebab, seseorang itu di akhirat nanti akan dikumpulkan dengan orang yang dicintainya,” kata Habib Husein dalam video berjudul 'Habib Ditipu Netizen Arti Hyung' di kanal Youtube Cahaya Indonesia.

Dia menjelaskan, jika Muslim tidak salah menempatkan idolanya itu tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah jika mengidolakan orang lain melebihi mengidolakan Rasulullah dan bertentangan dengan agama.

Mencintai Rasulullah tidak hanya sekadar melalui ucapan tapi harus dibuktikan. Misal, dengan mengerti kepribadian Nabi, sering shalawat, dan terpenting berakhlak sebagaimana akhlak Nabi.

“Di hadits lain riwayat Bukhari tapi ini kurang populer, Rasulullah mengatakan, ‘Aku suka menyerupai non-Muslim, ahli kitab dalam hal-hal baik dan di luar konteks keagamaan,” ujar dia.

Hadits tersebut mengajarkan ambil pelajaran dari mana saja. Contohnya, perkembangan sains di dunia barat yang bagus, pelajari dari sana. Yang jelas kata dia soal melakukan sunnah itu pilihan. Jika melaksanakan akan mendapat pahala tambahan dan jika tidak melakukan tidak dosa. Asalkan tidak keluar dari ketentuan agama.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement