Kamis 11 Mar 2021 16:00 WIB

Kecelakaan Bus Sumedang, Ini Kronologi Versi Korlantas Polri

Bus Padma Kencana diduga hilang kendali hingga terperosok ke jurang Kecamatan Wado.

Petugas kepolisian melakukan olah TKP di area kecelakaan bus PO Sri Padma Kencana di Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (10/3/2021). Hingga Rabu (10/3) malam, petugas kepolisian mencatat sebanyak 22 orang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut dan 28 korban selamat dilarikan ke RSUD Kabupaten Sumedang.
Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Petugas kepolisian melakukan olah TKP di area kecelakaan bus PO Sri Padma Kencana di Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (10/3/2021). Hingga Rabu (10/3) malam, petugas kepolisian mencatat sebanyak 22 orang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut dan 28 korban selamat dilarikan ke RSUD Kabupaten Sumedang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktur Penegakan Hukum Korlantas Polri Brigjen Polisi Kushariyanto menjelaskan kronologi kecelakaan maut bus Sri Padma Kencana bermula dari bus yang diduga hilang kendali hingga terbanting dan terperosok ke jurang di Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Peristiwa itu sendiri berdasarkan analisis sementara, menurutnya terjadi sekitar pukul 18.30 WIB, Rabu (10/3).

Kontur jalan yang menurun panjang serta menikung itu diduga membuat bus bergoyang sebelum akhirnya mengalami kecelakaan. "Akhirnya sopir ini banting stir ke kiri, dia sempat muter kena guard rail (pagar pengaman jalan) ini, jadi dari kepala posisi di depan dia langsung menjadi terbalik," kata Kushariyanto di lokasi kecelakaan, Kamis (11/3).

Baca Juga

Adapun, sejauh ini menurutnya hal itu masih dugaan sementara karena pihaknya masih terus melakukan penyelidikan di lokasi dengan metode Traffic Accident Analysis (TAA). Selain itu, ia juga menduga salah satu faktor bus itu hilang kendali adalah karena kelebihan muatan penumpang.

Dari data yang diterima, jumlah penumpang memang tidak sebanding dengan jumlah tempat duduk. "Karena kondisi penumpang itu 66 orang yang notabene di situ harusnya cuma 62 atau 63 tempat duduk," kata dia.

Kushariyanto memastikan, jalur alternatif yang menghubungkan Kabupaten Garut dan Sumedang melalui kawasan Wado dengan lebar sekitar enam meter itu memang tidak seharusnya digunakan oleh kendaraan sejenis bus besar. Dia menduga sopir bus tidak mengenali kontur dan kesempitan jalur akan dilaluinya itu.

Sopir itu, kata dia, diduga menggunakan aplikasi peta daring untuk menentukan jalan yang akan dilalui untuk menuju Kabupaten Subang. Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Hery Antasari mengatakan, bus yang ditumpangi para pelajar dan orang tuanya itu hendak kembali menuju Kabupaten Subang setelah berziarah ke kawasan Tasik dan berwisata ke Pangandaran.

Dari data yang diterima, menurutnya isi penumpang bus itu terdiri dari 70 persen merupakan orang tua pelajar, dan 30 persen merupakan pelajar. "Kalau kendaraan besar sesungguhnya tidak diperkenankan ke jalur ini," kata Hery.

Kapolda Jawa Barat Irjen Polisi Ahmad Dofiri memastikan seluruh korban kecelakaan bus di Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, telah dievakuasi. Totalnya, kata dia, ada 27 orang yang meninggal dunia, kemudian 39 orang berhasil selamat namun mengalami luka-luka.

"Sampai sekarang kita masih lakukan proses, nanti diserahkan kepada keluarga. Ini (korban) kebanyakan berasal dari Subang," kata Ahmad Dofiri di lokasi kecelakaan, Kamis (11/3).

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement