Kamis 11 Mar 2021 16:19 WIB

Pejabat Tinggi AS dan China akan Bertemu di Alaska

Pertemuan akan jadi yang pertama di bawah pemerintahan Joe Biden.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken
Foto: AP/Carolyn Kaster
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken akan bertemu dengan pejabat tinggi China pada 18 Maret di Alaska. Ini adalah pertemuan tingkat tinggi pertama antara kedua negara di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. 

Pertemuan tingkat tinggi antara AS dan Cina dilakukan setelah Blinken kembali dari kunjungan luar negeri pertamanya ke negara sekutu yaitu Jepang dan Korea Selatan pada pekan depan. Pertemuan AS dan China diadakan di tengah strategi diplomatik AS untuk memperkuat aliansi di Asia dan Eropa dalam menghadapi tantangan dari China.

Baca Juga

“Penting bagi kami bahwa pertemuan pertama pemerintahan ini dengan pejabat China diadakan di tanah Amerika, dan terjadi setelah kami bertemu dan berkonsultasi erat dengan mitra dan sekutu di Asia dan Eropa,” ujar Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.

Psaki mengatakan, penasihat keamanan nasional Jake Sullivan akan bergabung dalam pertemuan di Anchorage, Alaska dengan diplomat tinggi China Yang Jiechi dan Penasihat Negara Wang Yi. Psaki mengatakan, pemerintah akan menjalin hubungan dengan China yang sejalan dengan para mitranya. 

"Pertemuan itu akan menjadi kesempatan untuk membahas berbagai masalah, termasuk masalah di mana kami memiliki ketidaksepakatan yang mendalam," kata Psaki.

Pemerintahan Biden telah berkomitmen untuk meninjau kebijakan AS terhadap China. Hubungan kedua negara ekonomi terbesar dunia ini berada di titik terendah dalam beberapa dekade selama masa pemerintahan mantan Presiden Donald Trump. 

Di hadapan Komite Urusan Luar Negeri House of Representative, Blinken mengisyaratkan bahwa pendekatan AS terhadap China kali ini akan berbeda dengan pemerintahan sebelumnya. Pemerintahan mantan Presiden Trump menuai kritik karena gagal mencapai kemajuan untuk mengembalikan hubungan yang harmonis dengan China. 

“Saat ini tidak ada niat untuk serangkaian keterlibatan lanjutan. Keterlibatan tersebut, jika ingin diikuti, benar-benar harus didasarkan pada proposisi bahwa kami melihat kemajuan yang nyata dan hasil yang nyata pada masalah yang menjadi perhatian kami dengan China," kata Blinken.

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement