Isra Miraj, Masyarakat Diimbau Hentikan Aliran Hoaks
Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Isra Miraj | Foto: MGIT03
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa Isra Mi'raj sebenarnya adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW, yang mana di situ Allah SWT itu menyayangi hamba-Nya. Isra Miraj ini sendiri pernah dianggap oleh masyarakat pada waktu itu adalah berita hoaks atau berita bohong. Maka sepatutnya hikmah Isra Mi'raj ini adalah masyarakat menghilangkan arus hoaks yang marak seperti saat ini.
Oleh sebab itu Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti) Anwar Sanusi menyampaikan bahwa sepatutnya berita-berita itu harus disaring terlebih dahulu, kemudian berita yang kelihatannya sumbernya tidak jelas harus ditinggalkan, dengan adanya hikmah Isra Mi'raj ini.
"Demikian juga dengan radikalisme, karena radikalisme ini banyak sekali definisinya. Tapi di sini yang saya maksud radikalisme yang negatif, yang tidak ada kasih sayang dan bisa merusak bangsa ini. Oleh sebab itu selain tadi dengan berita-berita hoaks itu memang harus dihilangkan, juga kita harus menumbuhkan kasih sayang sebagaimana Allah SWT memberikan kasih sayang kepada Nabi Muhammad," ucap Anwar Sanusi, di Jakarta, Kamis (11/3).
Karenanya, pria yang juga mantan Ketua Umum ormas Perti periode 2005-2011 mengatakan bahwa harus ditebarkan kasih sayang yang baik antarumat beragama. Di mana di dalam Islam ada Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Wathoniyah yang artinya pergaulan antar sesama anak bangsa, baik itu berbeda agama, berbeda suku , berbeda ras dan sebagainya.
"Dan di sini kan selain persatuan dan kesatuan juga menyangkut yaitu kesehatan spiritual. Nah salah satu oleh-oleh dalam Isra Miraj adalah perintah shalat, yang dari 50 kali menjadi lima kali. Hikmahnya itu terhadap kesehatan spiritual yakni dimana orang yang mau melaksanakan shalat itu harus berwudhu terlebih dahulu, yang mana itu artinya adalah isyarat agar orang itu harus bersuci terlebih dahulu. Jadi Isra Mi'raj itu adalah orang yang harus menjaga kesucian, menjaga kesehatannya,” tutur Anwar.
Lebih lanjut, pria kelahiran Indramayu, 11 September 1953 itu menambahkan bahwa hikmah shalat itu sendiri yaitu Innas sholata tanha 'anil fahsyai wal munkar. Di mana salah satu hikmah salat itu sendiri adalah mencegah kemungkaran dan mencegah kejelekan, yang mana juga termasuk mencegah paham radikalisme. Sehingga menurut Anwar, hikmah shalat yang pertama, kesehatan, kedua persatuan (berjamaah), ketiga mencegah kemungkaran yang berupa radikalisme
Selain itu, Anwar juga menyebut bahwa dalam membangun peradaban yang beradab juga berdasarkan etika-etika yang ada. Ia menyebut tidak boleh makmum mendahului imam, karena kalau makmum mendahului imam itu tidak sah.
"Seperti pada era kepemimpinan saat ini, kita hidup di negara yang banyak berbagai perbedaan, selain itu juga ada ayatnya di surat An-Nisa ayat 59, ‘Yaaa aiyuhal laziina aamanuuu atii'ul laaha wa atii'ur Rasuula wa ulil amri minkum’, yang mana maksudnya adalah taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan juga taat kepada pemimpin, tentunya pemimpin yang sah. Jadi disini juga hikmah dari ibadah shalat itu juga harus mentaati kepada pemimpin yang sah," ujarnya.
Di sini menurut Anwar pentingnya peran para tokoh masyarakat dan juga tokoh agama. Karena menurutnya ulama adalah ‘warosatul anbiya’, artinya para ulama ini adalah pewaris para nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad. Sehingga para ulama dan juga para tokoh-tokoh masyarakat harus bisa menjadi contoh dan panutan daripada orang-orang yang mengikutinya.
"Karena menjadi pemimpin itu juga harus dipertanggungjawabkan kepemimpinannya, walaupun kepemimpinan non formal. Kalau pemerintah kan kepemimpinan formal, tetapi kalau tokoh masyarakat tokoh agama itu kan kepemimpinan non formal," ungkapnya.