Kamis 11 Mar 2021 20:33 WIB

Harga Cabai di Kota Salatiga Terus Melonjak

Cabai rawit merah bahkan sudah menembus Ro 120 ribu per kilogram

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Gita Amanda
Untuk jenis cabai rawit merah, di Salatiga, harga di tingkat pedagang bahkan sudah sempat tembus Rp 120 ribu per kilogram.
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA
Untuk jenis cabai rawit merah, di Salatiga, harga di tingkat pedagang bahkan sudah sempat tembus Rp 120 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA -- Warga Kota Salatiga kini harus merogoh kocek lebih untuk membeli cabai di pasar tradisional yang ada di lingkungan mereka. Pasalnya, harga komoditas cabai terus melonjak di tingkat pedagang.

Untuk jenis cabai rawit merah, harga di tingkat pedagang bahkan sudah sempat tembus Rp 120 ribu per kilogram. Selain harganya fluktuatif, stok dari pemasok kepada para pedagang juga cukup terbatas.

Baca Juga

Giyarti (47), salah seorang pedagang cabai di Pasar Blauran, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga yang dikonfirmasi mengungkapkan, harga komoditas cabai umumnya mengalami lonjakan dalam pekan ini.

Kenaikan harga tersebut berlangsung seiring dengan kondisi cuaca yang cukup ekstrim dalam beberapa pekan lalu. Karena kondisi cuaca tersebut juga berimbas seretnya pasokan cabai kepada para pedagang di pasar tradisional tersebut.

“Pokoknya, sejak hujan terus- terusan itu, pasokan berbagai jenis cabai juga berkurang, selain itu harganya juga semakin mahal,” ungkapnya, Jumat (11/3).

Ia menuturkan awalnya harga cabai jenis rawit merah semula hanya berkisar Rp 60 ribu per kilogram. Saat cuaca cenderung hujan kemarin harga cabai tersebut naik hingga Rp 25 ribu per kilogram, menjadi Rp 85 ribu per kilogram.

Puncaknya berlangsung pada pekan ini, saat harga cabai terus merangkak naik menjadi Rp 120 ribu per kilogram meski akhirnya kembali turun di angka Rp 85 ribu per kilogram. “Kendati mahal, cabai masih tetap dibeli dan bahkan sering kekurangan karena pasokannya juga terbatas,” lanjutnya.

Hal ini diamini oleh Rumiyati (60 tahun), pedagang lainnya. Menurut penuturan para pemasok cabai, kondisi cuaca yang cenderung hujan disebut cukup mempengaruhi produktifitas cabai di tingkat petani.

Para pemasok tidak bisa mendapatkan cabai seperti biasanya dari para petani, hingga di tingkat pedagang pun ketersediaannya terus berkurang. Bahkan beberapa cabai yang diterima petani terkadang juga mudah rusak karena busuk.

Oleh karena itu tidak ada pilihan lagi bagi para pedagang untuk tetap menjual cabai walaupun untungnya juga terbatas. “Adanya barang (cabai) juga itu, sementara konsumen setiap har juga tetap membutuhkan cabai dari pedagang di pasar Blauran ini,” tegasnya.           

Ia juga menambahkan, kenaikan harga cabai memang bertahap dan rata-rata tiap hari mengalami kenaikan berkisar Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu per kilogram. Biasanya, situasi tersebut akan berangsur normal saat kondisi cuaca relatif lebih baik.

Namun untuk kali ini ia pun juga tidak berani memprediksi sampai kapan kenaikan harga komoditas cabai tersebut bakal berlangsung. Karena satu bulan lagi, masyarakat sudah akan menghadapi Ramadhan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement