REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sejumlah areal pertanian di Kabupaten Indramayu mengalami penurunan kualitas maupun harga gabah yang dipanen. Pasalnya, waktu panen berlangsung di musim hujan.
Kondisi itu seperti yang terlihat di Kecamatan Gantar. Dari tujuh desa di kecamatan itu, sudah ada lima desa yang mulai panen. Yakni, Desa Gantar, Bantarwaru, Mekarwaru, Sanca dan sebagian Mekarjaya.
Koordinator Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan Gantar, Dedi Setiadi, menyebutkan, berdasarkan hasil ubinan, produksi gabah saat ini rata-rata di kisaran 7,5 ton per hektar. Padahal, potensinya bisa mencapai sembilan ton per hektare.
"Produksinya memang lagi turun," ujar Dedi, Kamis (11/3).
Dedi menjelaskan, penurunan produksi itu disebabkan kualitas gabah yang kurang bagus. Kondisi itu dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi saat masa panen.
Menurut Dedi, kurangnya kuallitas gabah akhirnya berdampak pada anjloknya harga gabah. Dia menyebutkan, harga gabah di tingkat petani saat ini di kisaran Rp 3.700 per kg sampai Rp 3.800 per kg.
Harga itu jauh lebih rendah dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP) yang mencapai Rp 4.200 per kg, untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani.
"Tapi syukur di sini tidak ada yang sampai gagal panen," tukas Dedi.
Seperti diketahui, di sejumlah daerah lainnya di Kabupaten Indramayu, areal persawahannya mengalami gagal panen akibat banjir. Para petani pun harus melakukan tanam ulang dari awal lagi.
Dedi pun mengimbau para petani di wilayahnya untuk menerapkan sistem culik. Yakni, melakukan penyemaian sembari panen agar segera bisa memulai musim tanam berikutnya.
"Mumpung masih ada hujan. Semai sekarang, nanti tanamnya kan sekitar April. Jadi Juli nanti diperkirakan sudah bisa panen lagi," tandas Dedi.