REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Diyan Faturahman | Anggota PC Pemuda Muhammadiyah Mrebet, Purbalingga
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمَّدًا صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Sebagaimana kita sadari bersama, bahwa sejatinya kita merupakan makhluk sosial. Kita tidak akan mampu hidup seorang diri. Di manapun berada, baik di alam nyata maupun alam maya sebagaimana banyak terjadi sekarang ini, kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Bahkan dengan kehadiran teknologi informasi dan komunikasi serta internet, hubungan antara satu dengan yang lain seolah tidak ada sekat sedikitpun.
Ada kalanya kita merasa sendiri, meski sebenarnya kita tidak benar-benar seorang diri. Ingatlah, bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi kita, begitu pula Malaikat Rakib dan ‘Atid yang siap sedia mencatat segala amal yang kita kerjakan. Selain itu juga ada syaitan yang selalu berusaha menjerumuskan kita kepada kemaksiatan.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Jika kita ingin orang lain bersikap baik kepada kita, maka kita juga harus berusaha menjadi orang yang baik kepada siapapun. Al-Quran telah menegaskan bahwa jika kita berbuat baik, maka pada hakikatnya kebaikan itu adalah untuk diri kita sendiri,
…إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu untuk dirimu sendiri pula… (QS. Al-Isra’: 7).
Baca juga : In Picture: Sejumlah Kota di Australia Diprediksi tak Bisa Lagi Dihuni
Dari sinilah kita dapat mengambil pelajaran, di antaranya ialah agar kita menjadi teman yang baik bagi siapa saja. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ialah ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Teman yang baik juga bukan mereka yang selalu membenarkan setiap tindakan yang kita lakukan, sebab manusia tempatnya salah dan lupa. Ada kalanya berbuat khilaf dan dosa, di sinilah pentingnya teman yang baik, yang mampu mengingatkan, menyadarkan dan mengajak kembali kepada jalan yang benar.