Sabtu 13 Mar 2021 05:05 WIB

Saat Malas Beribadah, Apa yang Harus Dilakukan?

Kurangnya motivasi beribadah berasal dari kurangnya pemahaman.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Saat Malas Beribadah, Apa yang Harus Dilakukan? Ibadah di rumah. (Ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Saat Malas Beribadah, Apa yang Harus Dilakukan? Ibadah di rumah. (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa malas, bahkan hingga depresi atau tertekan saat berniat untuk beribadah bisa dialami oleh siapa pun karena berbagai faktor. Dalam Islam, ibadah wajib sehari-hari seperti sholat lima waktu pun kadang dapat terasa sangat berat dikerjakan. 

Dilansir About Islam, seorang Muslimah mengaku merasa sangat sulit untuk beribadah. Ia mengatakan, rasa malas dan tertekan hingga kehilangan fokus untuk melaksanakan ibadah sehari-hari sering kali datang menghampiri, membuatnya ingin menemukan solusi atas masalah ini. 

Baca Juga

Madiha Sadaf, seorang konselor yang menawarkan jawaban atas hal tersebut mengatakan, Allah SWT dalam Alquran menyebut: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah Aku.” (51:56). 

Banyak anak yang dipaksa melaksanakan sholat lima waktu oleh orang tua mereka. Perasaan negatif, seperti kesal dan kurangnya motivasi beribadah, berasal dari kurangnya pemahaman saat menunaikan sholat. 

“Untuk menyembah Allah SWT, untuk mencapai keridhaan-Nya, dan berada di bawah naungan-Nya pada hari itu. Ketika Anda menyadari bahwa Anda tidak ingin sholat, hubungan dengan Allah SWT, itu adalah realisasi Anda tentang kurangnya kualitas sholat dan realisasi kurangnya koneksi dengan Allah SWT,” ujar Sadaf. 

Sholat merupakan hubungan fisik, spiritual, dan emosional antara Allah dan hamba-Nya. Ini adalah bentuk komunikasi antara Allah SWT dan kita sebagai umat Muslim. 

Ketika sholat, kita berseru kepada Allah SWT, mengakui kemahakuasaan-Nya, serta mengakui kelemahan dan ketidakmampuan, dan meminta petunjuk. Sebagai contoh, saat berbicara tentang lima rukun Islam, sholat, meskipun sangat penting, adalah rukun yang kedua, bukan yang pertama. Pilar pertama adalah “La ila ha ilallah”.

Ketika melaksanakan ibadah tanpa niat dan pemahaman yang jelas, itu akan terasa hampa. Bahkan, hanya mengetahui definisi dari ayat-ayat Alquran yang dibaca saja tidak cukup. Sadaf menuturkan ada perbedaan besar antara mengetahui dan memahami sesuatu. 

Mengetahui hanyalah menyadari keberadaan fisiknya atau makna permukaannya. Namun, memahami itu berarti melampaui makna permukaannya. Memahami berarti menginternalisasinya dan memahami pengetahuan tersebut serta mampu menerapkannya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement