REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mendorong peningkatan jumlah ekspor sarang burung walet ke luar negeri dengan meningkatkan besaran produksi yang akan berdampak ganda pada perekonomian Indonesia.
Mentan Syahrul dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Sabtu (13/3), menjelaskan pangsa pasar ekspor sarang burung walet masih terbuka lebar dan Indonesia harus bisa mengambil peluang dalam memenuhi pasokan tersebut."Ini menjadi fokus kami baik Kementan, Kemendag, wakil negara kita di sana, dan lainnya, untuk mendorong sarang burung walet agar tidak bersoal di pasar China. Tidak ada kuota, asal mampu penuhi persyaratannya. Pasarnya masih terbuka lebar dan kita mampu secara produksi," jelas Mentan Syahrul.
Mentan Syahrul mengunjungi tempat pemrosesan sarang burung walet di Surabaya, Jawa Timur, untuk meninjau langsung proses produksi komoditas subsektor peternakan tersebut. Mentan berencana untuk menjalin kerja sama khusus dengan China terkait sarang burung walet dalam mendukung peningkatan ekspor komoditas tersebut."Produktivitas sarang burung walet kita diminati dunia. Saya akan ke China lepas pandemi ini, agar ekspor kita ini lebih kuat," kata Mentan Syahrul.
Sebelumnya pada Jumat (12/3) Mentan melepas ekspor sarang burung walet hasil produksi dari Jawa Timur sebanyak 494 kilogram dengan nilai Rp9,9 miliar ke China. Ekspor tersebut dilakukan bersama 33 komoditas pertanian unggulan Jawa Timur lainnya senilai Rp140,3 miliar ke 12 negara tujuan.Provinsi Jawa Timur memiliki 84 rumah walet yang terdaftar dengan sembilan rumah pemrosesan walet.
Volume ekspor sarang burung walet di tahun 2020 tercatat sebanyak 245,3 ton dengan nilai mencapai Rp3,5 triliun. Dari jumlah ini, 26 persen hasil produksi berhasil memenuhi pasar China dan sisanya diserap pasar ekspor negara lain seperti Australia, Amerika Serikat, Hong Kong, Kanada, Singapura, Taiwan, Jepang, Malaysia, dan Vietnam. Selain itu Kementerian Pertanian juga mencatat adanya tren peningkatan ekspor sarang burung walet Jawa Timur sepanjang 2021 mencapai 51,3 ton dengan nilai Rp 661,3 miliar.