REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan, ia berharap negara kota itu sudah dapat membuka kembali perbatasannya pada akhir tahun. Sebab semakin banyak negara yang mempercepat program vaksinasi Covid-19.
Negara Asia Tenggara itu menutup sebagian besar pintunya tapi membuka sejumlah program bisnis dan wisata. Dalam wawancaranya di televisi, Lee juga mengatakan akan membahas sertifikasi vaksin dengan negara-negara lain.
"Saya berharap bila banyak negara dapat memvaksin populasi mereka dalam porsi yang tepat pada tahun ini, kami dapat dengan yakin dan mengembangkan sistem untuk membuka perbatasan internasional kami dengan aman lagi," kata Lee dalam wawancaranya dengan BBC, Sabtu (13/3).
"Bila tidak lebih awal, harapannya pada akhir tahun ini atau tahun depan, pintu dapat kembali dibuka," tambahnya.
Singapura telah mengendalikan situasi Covid-19 dengan menekan angka kasus infeksi dan menggelar program vaksinasi. Negara itu juga telah menyetujui vaksin yang dikembangkan BioNTech dan Moderna.
Dilansir dari laman Reuters, hingga 8 Maret lalu, negara dengan 5,7 juta penduduk itu telah memesan 611 ribu dosis vaksin. Lebih sedikit dibanding negara maju lainnya tapi mereka berharap sudah memvaksinasi semua orang pada akhir tahun mendatang.
Lee mengatakan, sedikitnya jumlah kasus positif membuat Singapura memiliki lebih banyak waktu untuk membujuk warga mengikuti program vaksinasi. Sebab rendahnya angka infeksi dan kekhawatiran akan efek samping membuat sebagian warga Singapura enggan divaksin.
Singapura juga telah menerima vaksin Covid-19 dari perusahaan Cina Sinovac Biotech. Lee mengatakan pemerintahnya sedang mengevaluasi vaksin tersebut dan akan segera menggunakannya setelah lolos standar dan keamanan.