Ahad 14 Mar 2021 17:28 WIB

Reaksi Keras Raja Yordania dan Mundurnya Menkes 

Raja Yordania bereaksi keras tentang insiden di RS Al-Hussein Salt

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Raja Yordania bereaksi keras tentang insiden di RS Al-Hussein Salt. Bendera Yordania (ilustrasi)
Raja Yordania bereaksi keras tentang insiden di RS Al-Hussein Salt. Bendera Yordania (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YORDANIA – Menteri kesehatan Yordania mengundurkan diri pada Sabtu (13/3). Pangunduran diri dilakukan pascainsiden pemadaman oksigen di rumah sakit baru pemerintah Al-Hussein Salt. 

Dalam insiden pemadaman oksigen selama satu jam ini, menyebabkan tujuh orang pasien Covid-19 meninggal dunia.

Baca Juga

Ratusan orang berkumpul di luar rumah sakit dan marah saat mengetahui adanya korban dalam peristiwa itu. 

Raja Abdullah mengunjungi rumah sakit dan pengunjuk rasa mengepung mobilnya saat mendekati gedung. Pasukan keamanan berusaha mencegah kerumunan orang, karena banyak yang meneriakkan slogan-slogan menuntut pertanggungjawaban. 

Dalam rekaman video daring, Abdullah yang tampak marah, menggelengkan kepala dan menggerakkan tangan, memberi tahu direktur rumah sakit: “Bagaimana hal seperti itu bisa terjadi? Ini tidak bisa diterima," kata Raja dilansir dari Arab News pada Ahad (14/3). 

Menteri Kesehatan Nazir Obeidat mengatakan, pasokan oksigen rumah sakit telah gagal antara pukul 6 pagi dan 7 pagi, dan dia mengambil tanggung jawab moral penuh atas apa yang terjadi. "Saya telah mengajukan pengunduran diri saya kepada perdana menteri," kata Menteri Kesehatan. 

Perdana Menteri Bisher Al-Khasawneh mengatakan dia telah menerima pengunduran diri Obeidat dan direktur rumah sakit telah dipecat. Kepala layanan kesehatan untuk Provinsi Balqaa ditangguhkan sambil menunggu penyelidikan yudisial. 

“Apa yang terjadi adalah kesalahan besar dan mencolok, tidak bisa dibenarkan dan tidak bisa diterima. Kami tidak bisa menerima kematian satu orang Yordania,”kata Khasawneh. "Pemerintah sendiri yang bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi," tambahnya.  

Kerabat korban meninggal dunia mengatakan rumah sakit menderita kekurangan oksigen dan staf medis. Mereka menyerukan agar seluruh pemerintah dimintai pertanggungjawaban.  

Mohammad Klub, salah satu kerabat, mengatakan kepada Arab News bahwa pemerintah harus segera mundur. Dia tidak percaya hal ini bisa terjadi di rumah sakit. "Mengapa hal seperti itu bisa terjadi di rumah sakit?” tanya dia. “Seorang ibu rumah tangga selalu mengecek tabung gas di rumahnya dan memastikan sudah penuh.” 

Suleiman Khreisat, pensiunan perawat yang kehilangan dua kerabatnya, mengatakan bahwa rumah sakit tersebut menderita kekurangan staf medis dan perawat dan sekarang ditambah kekurangan oksigen.  

Kepala Lembaga Forensik Nasional, Adnan Abbas, mengatakan para korban adalah empat pria dan tiga wanita, semuanya berusia di atas 40 tahun, yang telah menggunakan ventilator. “Spesimen paru-paru yang diambil saat otopsi menunjukkan kematian terjadi karena kekurangan oksigen,” katanya. 

Jaksa Agung Amman, Hassan Abdallat, mengatakan ada lima pejabat dari Rumah Sakit New Salt yang ditahan selama satu pekan. Mereka ditahan di sebuah pusat pemasyarakatan dan rehabilitasi atas tujuh tuduhan menyebabkan kematian. 

Kritik terhadap pemerintah Yordania telah meningkat atas penanganan pandemi, dengan rekor jumlah kasus Covid-19 dan kematian, serta peluncuran vaksin yang lambat. 

Yordania telah menerima 140 ribu dosis suntikan Oxford-AstraZeneca melalui program berbagi vaksin COVAX dari Organisasi Kesehatan Dunia. Pemerintah baru-baru ini memberlakukan kembali jam malam hari Jumat dan jam penguncian yang diperpanjang. 

Sumber: arabnews 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement