REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tindakan Pemerintah Srilanka yang akan menutup sekitar seribu sekolah Islam di negaranya mengundang banyak respons, terutama dari tokoh-tokoh Islam dari beragam negara. Di Tanah Air, Wakil Ketua Umum MUI sekaligus pengamat ekonomi dan keagamaan, Anwar Abbas, menyoroti kebijakan yang dilakukan Srilanka.
“Jelas-jelas apa yang dilakukan Pemerintah Srilanka kepada umat Islam merupakan sebuah tindakan kekerasan dan teroristik,” kata Anwar dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (14/3).
Tindakan tersebut, kata Anwar, akan sangat menyakiti hati umat Islam dunia, bukan hanya umat Islam di Srilanka. Untuk itu, pihaknya menyebut bahwa MUI mendesak beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, Pemerintah Srilanka diharapkan menghentikan kebijakan tersebut. Sebab kebijakan yang kontroversial itu mencerminkan sikap Islamic phobia yang tidak bisa diterima karena akan merusak dan mengganggu hak-hak umat Islam dan ketentraman dunia. Kedua, lanjut dia, MUI meminta Pemerintah Indonesia untuk melakukan usaha dan upaya agar dapat menghentikan tindakan yang dianggap berlebihan tersebut.
“Srilanka sudah tidak lagi menghormati hak-hak kebebasan beragama dari umat Islam Srilanka,” ujar dia.
Ketiga, dia melanjutkan, tak tepat jika bayangan mengenai tindakan terorisme dan kekerasan yang pernah terjadi di negara itu harus ditanggulangi dengan menutup sekolah Islam di negera tersebut. Hal itu dinilai kontraproduktif. Justru, menurut dia, Srilanka perlu meningkatkan kemampuan aparat intelijennya untuk menangkal aksi terorisme dan kejahatan.