Selasa 16 Mar 2021 00:30 WIB

Tim Kesehatan Hewan Bangka Temukan Dugaan Deman Babi Afrika

Penyakit ASF tidak berbahaya untuk manusia, virus ini hanya menyerang binatang babi.

Red: Agus Yulianto
Dalam rangka mengoptimalkan implementasi pengendalian kasus kematian babi yang diakibatkan  penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika (DBA) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bersama Pemda NTT tengah menyusun peta kasus dan profiling daerah tertular dan bebas.
Foto: istimewa
Dalam rangka mengoptimalkan implementasi pengendalian kasus kematian babi yang diakibatkan penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika (DBA) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bersama Pemda NTT tengah menyusun peta kasus dan profiling daerah tertular dan bebas.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA -- Tim kesehatan hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menemukan dugaan penyakit deman babi Afrika yang menyerang puluhan ternak babi di daerah itu. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bangka Elius Gani mengatakan, dugaan demam babi Afrika atau virus African swine dan fever (ASF) itu setelah dilakukan identifikasi dengan tim surveilans balai Pentiliner Lampung kepada binatang babi yang mati dipelihara sejumlah warga di Desa Rebo, Deniang dan Merawang.

"Saya sarankan agar ternakbabi yang mengalami gangguan yang diduga terjangkit virus ASF untuk dipisahkan dengan babi yang masih sehat guna mencegah terjadinya penularan," ujarnya, Senin (15/3).

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bangka Trisna Ningsih mengatakan, penyakit deman babi Afrika menyerang pada saluran pernafasan dengan cepat dan dapat mengakibatkan kematian ternak. "Gejala awal ternak babi yang terserang ASF adalah mata hewan ternak babi berwarna merah, di sekitar tubuh ternak berwarna kebiru-biruan dan kadang mengeluarkan darah dari hidung dan telinga," katanya.

Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit demam babi Afrika, kata dia, pihaknya telah melakukan pemetaan wilayah dengan membagi pada zona merah, kuning dan hijau. "Kami sudah mengambil sample darah, organ tubuh untuk diperiksa di laboratorium guna memastikan babi yang mati tersebut flu babi Afrika atau jenis penyakit lain," katanya.