Senin 15 Mar 2021 05:30 WIB

Vaksinasi Terkendala Stok

Program vaksinasi perlu dipercepat sebelum virus bermutasi semakin banyak.

Aparatur sipil negara (ASN) antre mendaftar vaksininasi Covid-19 di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Senin (15/3). Sebanyak 11.630 ASN serta pelayan publik di vaksinasi Covid-19 massal. Penyuntikan vaksin Covid-19 tahap pertama ini berlangsung hingga Jumat (19/3).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Aparatur sipil negara (ASN) antre mendaftar vaksininasi Covid-19 di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Senin (15/3). Sebanyak 11.630 ASN serta pelayan publik di vaksinasi Covid-19 massal. Penyuntikan vaksin Covid-19 tahap pertama ini berlangsung hingga Jumat (19/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah masyarakat yang telah menerima vaksinasi Covid-19 sampai saat ini masih jauh dari target Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kendala dalam mewujudkan keinginan Presiden agar 1 juta orang bisa divaksinasi dalam sehari disebut karena jumlah vaksin yang tersedia atau stok yang dimiliki Indonesia masih terbatas.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, masalah vaksinasi di dunia adalah ketersediaan vaksin. Vaksin Covid- 19 yang kini sudah diamankan Indonesia pun masih jauh dari kebutuhan untuk mencapai herd immunity. Hal inilah yang menyebabkan pemberian vaksin harus dilakukan bertahap dan memiliki prioritas.

"Masalahnya bukan vaksinasi, tapi masalah produksi vaksinnya. Vaksin ini masalah rebutan di seluruh dunia. Mungkin baru 50-60 negara yang dapat dari 160 negara," kata Budi dalam diskusi daring, Ahad (14/3).

Hingga dua bulan sejak vaksinasi Covid-19 pertama pada pertengahan Januari lalu, total hampir 5,5 juta dosis telah disuntikkan. Secara terperinci, per Ahad (14/3), sebanyak 4.020.124 dosis pertama dan 1.460.222 dosis kedua telah diberikan ke masyarakat. Jika dirata-rata, dosis yang diberikan kurang lebih sebanyak 90 ribu per hari.

Budi menjelaskan, penduduk dunia berjumlah kurang lebih 7,5 miliar orang. Target untuk mencapai herd immunity yakni 70 persen penduduk harus divaksin atau 5,5 miliar orang. Sedangkan, vaksinasi perlu dilakukan sebanyak dua kali, maka membutuhkan 11 miliar dosis. Padahal, kapasitas produksi vaksin di dunia masih sekitar 3 miliar dosis.

Baca juga : Kemenkes: Stok Vaksin untuk Manula dan Pelayan Publik Aman

Pada Januari-Februari lalu, lanjut Budi, Indonesia hanya mendapatkan 3 juta dosis vaksin. Budi mengatakan, tidak mungkin melakukan vaksinasi pada 1 juta orang per hari karena vaksin akan langsung habis selama tiga hari.

Menurut Budi, negara-negara maju saat ini juga kesulitan mendapatkan vaksin. Sebagian besar negara memfokuskan vaksin yang mereka produksi untuk masyarakat mereka sendiri. Indonesia, kata dia, beruntung bisa mendapatkan dua merek vaksin, yakni Sinovac dan Astra Zeneca.

Pada Maret-April, kata Budi, vaksin yang datang ke Indonesia diperkirakan sebanyak 10 juta dosis. Walau pun meningkat dari jumlah bulan sebelumnya, tetap saja proses vaksinasi tidak bisa dilakukan langsung terhadap 1 juta orang sehari. Kemenkes pun kemudian mengatur agar 10 juta dosis vaksin itu bisa diberikan bertahap selama 1,5 bulan.

"Vaksin di dunia diperkirakan akan mengalami peningkatan produksi di semester kedua tahun ini. Di situ akan ada akselerasi dan itu kita benar- benar keroyokan," kata Budi.

Untuk diketahui, dosis vaksin yang telah ada di Indonesia baru mencapai 39 juta dosis. Jumlah itu merupakan gabungan dari 38 juta dosis vaksin Sinovac, dengan 3 juta dosis vaksin jadi datang di awal dan diperuntukkan bagi tenaga kesehatan, serta 35 dosis bulk atau bahan baku vaksin Sinovac yang diolah Bio Farma.

Sementara itu, 1.113.600 juta dosis merupakan vaksin Astra Zeneca yang tiba beberapa waktu lalu. Vaksin Astra Zeneca ini merupakan vaksin gratis yang diterima Indonesia melalui skema Covax.

Menkes Budi pernah menyebut akan mendapat 54 juta dosis gratis dari skema ini. Namun, saat vaksin ini tiba beberapa hari lalu, Indonesia disebut hanya akan mendapatkan 11,7 juta dosis. Di luar itu, Indonesia telah menandatangani kerja sama dengan pihak Astra Zeneca untuk membeli 50 juta dosis vaksin.

Budi berharap masyarakat Indonesia bersabar dengan proses mendapatkan vaksin. Saat ini, vaksinasi dilakukan berdasarkan prioritas, yaitu orang-orang yang berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19.

Kepala Lembaga Biologi Mole kular Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan, program vaksinasi Covid- 19 perlu dipercepat sebelum virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 bermutasi semakin banyak. Sebab, ada kekhawatiran efektivitas vaksin dalam melawan virus hasil mutasi akan berkurang.

"Sebelum virus ini berubah bentuk, sistem kekebalan tubuh kita harus dibentuk. Kita mendorong mereka yang sudah punya kesempatan divaksinasi jangan ditunda, jangan ditolak. Maka vaksinasilah," ujar Amin.

Baca juga : Menkes Terangkan Alasan Lambatnya Laju Vaksinasi

Vaksinasi, menurut dia, tidak serta-merta menghentikan pandemi dan bukan berarti setelah divaksin tubuh akan kebal terhadap virus. Munculnya varian baru dari Covid-19 menjadi dorongan bagi masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.

Ada kemungkinan sudah divaksin masih tetap terkena Covid-19, bisa jadi varian baru. "Yang harus kita lakukan untuk mencegah ini, apa pun variannya, perlakuannya sama, protokol kesehatan harus diterapkan," ujar dia. (inas widyanuratikah, ed: mas alamil huda)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement