Undip Enam Besar THE Emerging Economies University Rankings
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Universitas Diponegoro (Undip) | Foto: undip.ac.id
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, menduduki peringkat enam dari sembilan perguruan tinggi terbaik di Tanah Air, dalam pemeringkatan global Times Higher (THE) Emerging Economies University Rankings 2021.
Pemeringkatan ini dilakukan secara spesifik untuk negara yang diklasifikasikan oleh London Stock Exchange’s FTSE Group untuk kelompok negara berkembang maju, negara berkembang sekunder, dan negara berkembang perbatasan.
Hasilnya, sembilan universitas di Indonesia kembali masuk dalam daftar terbaik nasional tahun 2021, dalam penilaian pemeringkatan THE Emerging Economics University Rankings tersebut.
Masing-masing enam besar secara berurutan, Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Institut Pertanian Bogor IPB), dan Undip.
Berdasarkan pemeringkatan itu, perguruan tibggi berikutnya adalah Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Brawijaya (Unibraw), dan Universitas Telkom.
Rektor Undip, Prof Yos Johan Utama menyampaikan, tidak jauh berbeda dengan penilaian oleh THE World University Rankings (THE WUR), THE Emerging Economics juga menggunakan 13 indikator dalam penilaian universitas.
Penilaian tersebut digunakan untuk menilai pembelajaran, penelitian, transfer ilmu, serta pandangan internasional. "Berdasarkan pemeringkatan yang dirilis Rabu (10/3) tersebut, Undip masuk kategori peringkat 401-500," jelasnya.
Terkait hal itu, rektor menyampaikan, apapun yang dicapai Undip, harus mendorong untuk melakukan berbagai evaluasi dan perbaikan. Undip harus mengevaluasi apa yang kurang dan terus memperbaiki.
Apa yang sudah dilakukan Undip berikut capaiannya selama ini jangan cepat berpuas diri dan tentu juga tidak boleh berhenti. "Namun terus berupaya agar Undip mampu meraih capaian yang lebih baik, ke depannya,” tegas Yos Johan.
Ia juga mengingatkan, bahwa pencapaian suatu lembaga adalah hasil kerja bersama dan bukan hasil kolektif. Karena itu, kebersamaan menjadi kata kunci, termasuk bagaimana untuk terus menghadapi keterbatasan karena pandemi Covid-19.
Sebab di tengah keterbatasan yang ada, segenap keluarga besar Undip patut mensyukuri apa yang bisa diraih sekarang,. "Mudah-mudahan ini juga bisa memotifasi untuk capaian hasil yang lebih baik,” tambahnya.
Lebih lanjut, Yos Johan juga menambahkan, pemeringkatan THE World University Ranking 2021 memakai 13 indikator kinerja, sama dengan pemeringkatan sebelumnya. Indikator yang dipakai untuk menilai institusi meliputi pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan, dan kiprah internasional mereka.
Namun, keduanya memiliki bobot yang berbeda untuk mencerminkan prioritas pembangunan universitas di negara berkembang. Di mana dari indikator kinerja tersebut dikelompokkan menjadi lima bidang, meliputi pengajaran (lingkungan belajar, infrastruktur yang tersedia untuk mendukung pengajar dan mahasiswa).
Kemudian riset (reputasi riset yang dinilai oleh para peneliti, produktivitas riset, dana penelitian yang dikelola), kutipan (tingkat pengaruh penelitian), kiprah internasional (jumlah pengajar, mahasiswa internasional, dan kerja sama penelitian dengan kampus asing), serta transfer pengetahuan untuk kalangan industri.
Dari kelima bidang ini, pengajaran dan riset mendapatkan bobot dengan nilai sama sekaligus juga tertinggi masing-masing sebesar 30 persen. Tahun ini data untuk menilai tingkat pengaruh riset yang dilakukan dipasok oleh Elsevier
Sebanyak 86 juta sitasi dari 13.6 juta artikel jurnal, prosiding seminar, buku, selama periode lima tahun terakhir menjadi objek yang dinilai. Keseluruhan data diperolehan dari lebih 24,000 jurnal akademik yang diindeks oleh Elsevier Scopus.
Penilaian juga dilakukan terhadap kemampuan universitas dalam membantu dunia usaha/industri dalam inovasi, penemuan, dan konsultansi. "Hal ini diketahui dari jumlah pendapatan yang diterima perguruan tinggi untuk melakukan riset dari dunia usaha dibandingkan dengan jumlah staf pengajar yang dimiliki," ujar Yos Johan.