REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban menyatakan keraguan atas proposal yang diajukan Amerika Serikat (AS) untuk membentuk pemerintahan sementara di Afghanistan. Taliban mengatakan, pemerintahan transisi terbukti tidak efektif dalam menangani tantangan negara.
"Satu hal yang dibutuhkan adalah perlu melihat pengalaman masa lalu negara kita selama 40 tahun terakhir dan perang yang disaksikannya. Pemerintah transisi dibentuk setelah pendudukan Amerika, beberapa di antaranya transisi, yang lain partisipatif, tetapi tidak ada yang menyelesaikan masalah negara," ujar juru bicara Taliban Muhammad Naim, dilansir Aljazirah, Senin (15/3).
“Kami menginginkan sistem Islam yang kuat dan mandiri untuk menyelesaikan masalah negara dan (pertanyaan) mendasar ini harus dipertimbangkan,” kata Naim menambahkan.
Naim menegaskan kembali perlunya pasukan asing untuk mundur dari Afghanistan, sebagaimana dinyatakan dalam kesepakatan penting yang dicapai dengan AS di Doha tahun lalu. Kekerasan di Afghanistan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir sebelum batas waktu penarikan pasukan AS pada 1 Mei.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyatakan keprihatinan atas sejumlah pembunuhan yang menargetkan aktivis masyarakat sipil, jurnalis, pengacara, dan hakim. Kelompok ISIS telah mengaku bertanggungjawab atas pembunuhan tersebut, tetapi Taliban dan pemerintah saling menyalahkan atas lonjakan serangan.
Negosiasi perdamaian antara pemerintah Afghanistan dan Taliban di Doha telah terhenti karena pemerintahan Presiden AS Joe Biden meninjau bagaimana menangani proses perdamaian, termasuk penarikan pasukan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam surat yang dikirim kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan bahwa Washington belum menyelesaikan peninjauan tersebut.
"Kami sedang mempertimbangkan penarikan penuh pasukan kami pada 1 Mei, karena kami mempertimbangkan opsi lain," kata Blinken.
Blinken mengaku khawatir setelah pasukan AS ditarik secara penuh, situasi keamanan di Afghanistan akan memburuk. Selain itu, Taliban dapat memperoleh keuntungan teritorial dengan cepat. "Saya berharap Ghani memahami urgensi nada bicara saya," ujar Blinken.