REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan sepanjang Januari-Februari 2021 mencatatkan surplus sebesar 3,96 miliar dolar AS. Capaian surplus tersebut tercatat menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir sejak 2017.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan pada Januari-Februari 2017 sebesar 2,68 miliar dolar AS. Memasuki periode yang sama tahun 2018 neraca dagang mengalami defisit 790 juta dolar AS. Defisit dagang kembali terjadi pada 2019 sebanyak 650 juta dolar AS.
Kemudian perbaikan neraca mulai terjadi pada 2020 dengan capaian 1,88 miliar dolar AS dan melonjak pada Januari-Februari 2021 sebanyak 3,96 miliar dolar AS.
"Ini jauh lebih besar dari 2020. Performa ekspor sangat menjanjikan karena permintaan naik didukung kenaikan harga. Impor juga bergeliat. Kita harap performa ke depan makin bagus," kata Suhariyanto.
BPS mencatat nilai ekspor Januari-Februari 2021 sebesar 30,56 miliar dolar AS sementara impor pada waktu yang sama mencapai 26,59 miliar dolar AS. Baik ekspor maupun impor, keduanya sama-sama mengalami kenaikan dari posisi Januari-Februari 2020. Namun, lantaran nilai ekspor lebih besar, surplus perdagangan bisa dicapai.
Suhariyanto menyampaikan, menurut sektor, ekspor non migas pada Januari-Februari 2021 tertinggi terdapat pada industri pengolahan yakni sebesar 24,13 miliar dolar AS. Selanjutnya diikuti tambang dan lainnya 4,04 miliar dolar AS dan pertanian 650 juta dolar AS.
Sementara itu, impor non migas terbesar untuk bahan baku/penolong sebesar 19,83 miliar dolar AS. Terbesar kedua yakni barang modal yang mencapai 4,13 miliar dolar AS dan diikuti impor barang konsumsi 2,63 miliar dolar AS.