REPUBLIKA.CO.ID, HLAINGTHAYA -- Pasukan keamanan Myanmar membunuh 22 pengunjuk rasa anti-kudeta militer di daerah industri yang kumuh Hlaingthaya, pinggir kota Yangon, tempat pabrik-pabrik yang didanai China dibakar pada Ahad (14/3).
Organisasi tahanan politik, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan 16 orang lainnya tewas terbunuh di tempat yang berbeda. Satu orang petugas polisi juga tewas dalam salah satu hari paling mematikan sejak militer mengkudeta pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu.
Kedutaan Besar China mengatakan banyak warga China yang bekerja di pabrik-pabrik garmen di Hlaingthaya terluka dan terperangkap dalam kebakaran yang disengaja. Pemerintah China meminta Myanmar melindungi warga dan properti orang China.
Negeri Tirai Bambu dianggap mendukung kudeta militer. Saat asap mulai membumbung tinggi di daerah industri yang menjadi rumah bagi imigran dari seluruh negeri. Pasukan keamanan Myanmar melepaskan tembakan ke pengunjuk rasa.
"Sangat mengerikan, orang-orang ditembak di depan mata saya, saya tidak akan pernah melupakannya," kata seorang wartawan foto di lokasi kejadian yang tidak bersedia namanya disebutkan, Senin (15/3).
Pemerintah militer Myanmar memberlakukan jam malam di Hlaingthaya dan distrik-distrik lain di Yangon. Televisi yang dikelola militer mengatakan pasukan keamanan bertindak setelah empat pabrik garmen dan sebuah pabrik pupuk di bakar. Sekitar 2.000 orang menghentikan pemadam kebakaran menuju pabrik-pabrik itu.