REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga cabai di sejumlah daerah masih cukup tinggi. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi pun menjelaskan penyebabnya.
Menurut dia, kenaikan komoditas tersebut karena kerusakan panen di beberapa daerah. Lutfi menyebutkan, di Tuban, Kediri, dan Blitar terjadi kerusakan panen hingga 40 persen.
"Sementara di Wajo Sulawesi Selatan terjadi kerusakan panen sebesar 70 persen," ujar Lutfi dalam konferensi pers secara virtual, Senin (15/3). Mendag mengungkapkan kerusakan panen itu disebabkan tingginya curah hujan.
Karena itu, harga cabai bisa naik hingga tiga bulan Hal itu membuat harga cabai bisa naik sampai tiga bulan lebih. "Sebab, hujan yang biasanya naiknya cuma 3 bulan bisa nambah sebulan setengah bulan. Hujannya deras membuat rusak cabai petani," jelas dia.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), pada periode 12 Februari sampai 12 Maret, harga cabai merah keriting mengalami kenaikan sebesar 1,22 persen. Sedangkan cabai rawit merah terjadi kenaikan sebesar 22,48 persen.
Meski begitu, Mendag memastikan harga cabai akan segera turun, terutama jelang bulan puasa. Penurunan tersebut dikarenakan beberapa daerah di Jawa telah memasuki musim panen.
"Bulan Maret ini harga cabai akan menurun," kata dia menegaskan. Berdasarkan pantauan Kemendag, sambung dia, pada 10 sampai 12 Maret, cabai merah keriting menurun sebesar 1,55 persen. Sedangkan cabai rawit merah turun sebesar 0,49 persen.
"Menurut perhitungan kita harga cabai akan terus menurun sampai hari raya lebaran," kata dia. Penurunan harga itu, lanjutnya, akan membuat harga cabai benar-benar anjlok, bahkan Lutfi khawatir turun hingga di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).