REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk telah menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK). Adapun penurunan ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan penurunan bunga ini menjadi daya tarik para debitur untuk mendapatkan kredit yang lebih murah.
“Perseroan yakin dan berekspektasi kredit baru akan mulai naik, sehingga penurunan SBDK menjadi lebih menarik,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Senin (15/3).
Menurutnya penurunan SBDK juga untuk merespons arahan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) serta mendorong pemulihan ekonomi nasional (PEN). Per 28 Februari 2021, SBDK Bank Mandiri turun segmen korporasi menjadi delapan persen, segmen ritel menjadi 8,25 persen, segmen mikro menjadi 11,25 persen, segmen konsumer KPR turun menjadi 7,25 persen, dan konsumer non KPR menjadi 8,75 persen.
“Penurunan SBDK merupakan kelanjutan dari inisiatif serupa yang telah dilakukan tahun lalu,” ucapnya.
Sepanjang 2020, Bank Mandiri telah menurunkan SBDK sebanyak tujuh kali mencakup segmen korporasi, ritel, mikro maupun konsumsi dengan total penurunan sebesar 10 hingga 600 basis poin.
“Pada tahun ini menargetkan pertumbuhan kredit di single digit dengan fokus pertumbuhan ke industri makanan, minuman, kebutuhan sehari-hari, telekomunikasi, perkebunan dan perdagangan,” ucapnya.
Bank Mandiri menargetkan net interest margin (NIM) diproyeksi 4,6 persen sampai 4,8 persen. Bank berkode emiten BMRI ini juga akan mendorong efisiensi dengan menekan cost of fund melalui meningkatkan dana murah.