REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Iblis diberi nama Azazil yang berarti panggilan besar malaikat. Mengapa iblis dinamakan demikian?
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, mengungkapkan alasan Iblis diberi nama Azazil yang berarti panggilan besar malaikat.
Menurut Kiai Azaim, iblis diberi nama besar tersebut karena terkenal dengan kealimannya, tapi akhirnya iblis keluar dari wilayah kemuliaan itu.
"Mengapa iblis diberi nama Azazil? Karena iblis ini dulu pernah terkenal dengan kealimannya, memperoleh ilmunya malaikat, tapi kemudian keluar dari wilayah kemuliaan itu karena faktor kesombongan dan berputus asa dari rahmat Allah. Ketika dikeluarkan dari rahmat Allah, maka dia terlaknat selamanya," ujarnya kepada Republika.co.id, belum lama ini.
Dia pun mengibaratkan sosok iblis tersebut seperti orang yang berilmu tapi justru tidak memberikan pencerahan di masyarakat. Menurut dia, hal ini karena adanya faktor kesombongan dari orang yang ilmu.
Dia menjelaskan, iblis itu dahulunya sosok makhluk yang alim, tetapi kemudian banyak yang menyesatkan seluruh alam semesta. Ini menujukkan bahwa ternyata, orang yang berilmu tapi justru tidak memberikan pencerahan di masyarakat.
"Ternyata ada persoalan kesombongan, ada persoalan salah menata niat. Dan ini terjadi bagaimana Alquran menjelaskan tentang orang-orang yang dianugerahi kitab, tetapi menyalahgunakan," ucapnya.
Kiai Azaim kemudian mengutip ayat Alquran. Allah SWT berfirman sebagai berikut ini:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا ۚ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka (kitab suci) Taurat, kemudian mereka tiada menunaikannya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab besar lagi tebal. Amatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tiada memberi petunjuk bagi kaum yang zalim (QS al-Jumuah: 5).
"Orang-orang yang dianugerahi kitab Taurat itu disuruh memikulnya sebagai bentuk tanggung jawab amanah keilmuan, tetapi seperti keledai yang memikul kitab yang tidak bisa dibacanya. Jadi hanya sebatas kebanggaan," jelas Kiai Azaim.