REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum Yahudi diberikan banyak kelebihan oleh Allah SWT. Kelebihan yang diberikan itu sesungguhnya adalah nikmat yang patut disyukuri dan menjadikan medium untuk menyadari kecilnya diri. Namun, tak begitu yang terjadi kepada umat Yahudi.
Tabiat kaum Yahudi memang sering kali memamerkan kesombongan atas kepintaran yang mereka miliki. Sampai-sampai mereka tak malu untuk mengatakan bahwa kepintaran yang mereka dapatkan semata-mata adalah hasil jerih payah mereka sendiri.
Imam as-Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul menjelaskan tentang sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Dia berkata:
“Kaum Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi: ‘Berikan kami sesuatu untuk kami tanyakan kepada laki-laki ini (Nabi Muhammad)’.”
Mereka berkata: “Tanyalah dia tentang ruh.” Mereka kemudian bertanya kepada beliau tentang ruh yang mana perihal ruh adalah hak prerogatif Allah yang hanya Allah saja yang mengetahuinya. Kemudian, orang-orang Yahudi kembali berkata: “Kami diberi ilmu yang banyak.” Maka Allah berfirman dalam Alquran Surat al-Kahfi ayat 109:
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا “Qul law kaanal-bahru midaadan likalimaati Rabbi lanafidal-bahru qabla an-tanfada kalimaatu Rabbi walaw ji;na bimistlihi madaadan.”
Yang artinya: “Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku. Meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”