Selasa 16 Mar 2021 10:55 WIB

Sejarah Hari Ini: Serangan Gas di Irak, Ribuan Orang Tewas

Sebanyak 75 persen korban adalah perempuan dan anak-anak.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pria meletakkan bunga di salah satu makam korban serangan gas beracun di Halabja, Irak pada 16 Maret 1988.
Foto: AP Photo/ Yahya Ahmed
Seorang pria meletakkan bunga di salah satu makam korban serangan gas beracun di Halabja, Irak pada 16 Maret 1988.

REPUBLIKA.CO.ID, HALABJA -- Pada 16 Maret 1988, ribuan orang dilaporkan tewas dan ribuan lainnya terluka dalam serangan gas beracun di sebuah kota Kurdi di Irak utara. Serangan itu diyakini dilancarkan 20 pesawat yang diduga termasuk Iraqi Migs dan Mirage. Pesawat terlihat di atas sekitar pukul 11.00 waktu setempat di Halabja.

Seperti dilansir laman BBC History, bahan kimia yang dijatuhkan oleh pesawat mungkin termasuk gas mustard, agen saraf sarin, tabun dan VX atau mungkin sianida. Serangan di Halabja berjarak hanya sekitar 241 kilometer timur laut ibu kota Irak Baghdadz

Baca Juga

Serangan ini adalah yang terbaru dalam perang Iran-Irak dan setelah pendudukannya oleh pasukan Iran. Irak dikatakan ingin membalas jatuhnya Halabja, yang dipandang sebagai pusat penting bagi perlawanan Kurdi dalam perjuangan mereka untuk otonomi.

Serangan itu terjadi setelah dua hari mortir konvensional, artileri, dan roket dari pegunungan di dekatnya. Menurut komandan Kurdi pro-Iran di Halabja, ada hingga 14 serangan pesawat, dengan tujuh hingga delapan pesawat di setiap kelompok.

Pesawat-pesawat itu diyakini telah memusatkan serangan mereka ke kota dan semua jalan yang mengarah keluar. Saksi mata telah menceritakan tentang awan asap yang mengepul ke atas berwarna putih, hitam dan kemudian kuning, hingga naik sekitar 46 meter di udara.

Sebagian besar yang terluka, yang dibawa ke rumah sakit di ibu kota Iran, Teheran, menderita paparan gas mustard. Mereka yang lolos dari kematian mempunyai masalah pernapasan atau penglihatan dari campuran bahan kimia yang dijatuhkan di kota.

Menurut beberapa laporan, hingga 75 persen korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Korban yang terluka yang dilihat oleh wartawan menunjukkan gejala klasik keracunan gas mustard, lesi kulit yang buruk dan kesulitan bernapas.

Beberapa warga bertahan dengan menutupi wajah mereka dengan kain lembab dan turun ke pegunungan di sekitar Halabja. Sebagian besar rincian tentang tragedi Halabja baru muncul beberapa hari kemudian.

Laporan dari kota menunjukkan bahwa pasukan pemimpin Irak Saddam Hussein telah melancarkan serangan gas kimia. Angka untuk total korban tewas berkisar dari 3.200 orang hingga 5.000.

Antara 7.000 dan 10 ribu diyakini telah terluka dalam pembantaian tersebut, yang kemudian dikenal sebagai "Jumat Berdarah". Awalnya, Badan Intelijen Pertahanan AS menyalahkan Iran atas serangan itu. Sebab Halabja berada sekitar 4km sampai 16km dari perbatasan Iran.

Namun, mayoritas bukti menunjukkan bahwa serangan gas tersebut adalah serangan Irak terhadap pasukan Iran, pasukan Kurdi pro-Iran, dan warga Halabja selama pertempuran besar. Meskipun ada beberapa bukti bahwa pasukan Saddam Hussein telah menggunakan bahan kimia sebelum tanggal ini, serangan di Halabja dianggap sebagai penyerangan pertama yang didokumentasikan menggunakan bahan kimia.

Wakil Saddam Hussein, Ali Hassan al-Majid, atau "Ali Kimia" diadili dengan tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan atas kampanye melawan Kurdi pada 1980-an. Dia adalah satu dari enam terdakwa yang menghadapi dakwaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama apa yang disebut kampanye Anfal yang menewaskan sekitar 100 ribu orang. Pengadilan menjatuhkan dakwaan terhadap terdakwa ketujuh, Saddam Hussein sendiri, ketika dia dieksekusi pada 30 Desember 2006 setelah dihukum dalam kasus terpisah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement