REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan, isu pembukaan keran impor beras sebanyak 1 juta ton mulai memberikan tekanan terhadap harga gabah petani. Pasalnya, rencana tersebut diketahui publik disaat masa-masa panen raya padi pertama tahun ini.
"Ada benturan antara produksi dalam negeri dan impor. Ini baru diumumkan harga di petani drop," kata Buwas, sapaan akrabnya, dalam rapat dengar pendapat bersama Badan Legislasi DPR, Selasa (16/3).
Ia mengatakan, tak hanya menekan petani, importasi beras bisa menjadi beban baru bagi Bulog. Pasalnya, sisa beras eks impor tahun 2018 hingga kini masih tersisa 275 ribu ton. Penyaluran beras oleh Bulog menjadi tak lancar lantaran kini tidak lagi menjadi penyalur tunggal bantuan beras yang pangsa pasarnya mencapai 2,6 juta ton per tahun.
Menurutnya, jika impor beras ditambah tak akan menyelesaikan masalah bagi Bulog. Sebab, sebagian atau 500 ribu ton beras yang direncanakan diimpor adalah untuk cadangan beras pemerintah (CBP). Penyaluran CBP harus seizin pemerintah sementara biaya penyimpanan ditanggung oleh Bulog.