REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Senin, 15 Maret kemarin adalah hari pertama dari Syaban tahun 1442 Hijriyah, yang merupakan bulan ketujuh tahun Hijriyah. Nama Syaban seperti bulan-bulan Arab lainnya, yaitu berasal dari era pra-Islam.
Dilansir dari Youm7, Syaban disebut demikian karena menggambarkan tentang beragamnya aktivitas orang Arab pada Syaban setelah melewati Rajab tanpa berperang karena saat itu ada larangan berperang di bulan tersebut.
Secara leksikal, makna kata Syaban berasal dari percabangan, yang berarti pembagian.
Menurut kitab 'Syamsul Ulum wa Dawa' Kalam al-Arab min al-Kuluum' karya Nasywan bin Said al-Hamiri, Syaban adalah nama bulan sebelum Ramadhan, dengan wazan (pola)nya yakni fa'laan dan akar katanya adalah sya'aba.
Ibnu Duraid mengatakan, Syaban disebut demikian karena percabangan di dalamnya. Maksudnya adalah, saat itu, di bulan tersebut, banyak orang Arab yang mencari air dari lingkungan Yaman dan Himyar.
Berdasarkan kitab 'Syahru Ramadhan fii al-Jahiliyah wa al-Islaam' karangan Ahmed Al-Manzalawi, disebutkan bahwa awal mula penamaan bulan Syaban dimulai pada 412 Masehi yang merupakan hari nenek moyang kelima Nabi Muhammad SAW.
Disebutkan pula, konon nama Syaban ini mengacu pada dahan pohon yang bercabang dua. Lambat-laun, konsep dari makna tersebut dilekatkan pada bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadhan. Beberapa suku Arab ketika itu ada yang tidak menggunakan nama bulan Syaban dan menyebutnya sebagai dua bulan Rajab.
Adapun kitab 'Umdah al-Qari' fii Syarh Shahih al-Bukhari' karangan sejarawan Badaruddin al-Ayni, menjelaskan di balik penamaan Syaban dengan mengutip penjelasan Ibnu Duraid bahwa disebut Syaban karena saat itu banyak orang bepergian atau memisahkan dirinya untuk mencari air.
Ada pula yang menyebut penamaan Syaban ini karena muncul di antara Ramadhan dan Rajab. Sebagian lagi mengatakan, Syaban adalah bulan di mana suku-suku Arab saat itu terpecah, berarti raja-raja saat itu terpecah untuk mencari hadiah pemberian.
Sumber: youm7