Rabu 17 Mar 2021 05:25 WIB

Alasan Mengapa Kemaksiatan Bisa Dihalau dengan Ilmu

Menuntut, memahami, dan mendalami ilmu merupakan kewajiban setiap Muslim.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Alasan Mengapa Kemaksiatan Bisa Dihalau dengan Ilmu
Foto: Thoudy Badai_Republika
Alasan Mengapa Kemaksiatan Bisa Dihalau dengan Ilmu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak kurang-kurangnya Islam memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa menuntut ilmu. Perintah menuntut ilmu ini bahkan dimulai dengan sinyal kuat dari redaksi pertama wahyu Allah: iqra.

Dengan ilmu pula, sejatinya kemaksiatan dapat dicegah. Dalam kitab Ikhtisar Ihya Ulumiddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan orang yang menuntut ilmu dapat terselamatkan dari perkara-perkara yang membinasakannya.

Baca Juga

Dijelaskan pula dengan menuntut ilmu, manusia tengah berupaya (berikhtiar) mencari jalan terang (nur) untuk menuju kebaikan. Ilmu yang baik, menurut Imam Al-Ghazali, adalah ilmu yang mendekatkan pemiliknya pada akhirat.

Apa pun jenis ilmu yang diperolehnya, asalkan ilmu tersebut menuntunnya menuju hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Imam Waki guru Imam Syafii pernah memberikan wejangan tentang perkara ilmu.

Dalam kitab Ianatut Thalibin, Imam Syafii bercerita: “Syakautu ila Waki-I su-a hifzhi fa arsyadani ila tarkil-ma’ashi, wa akhbarani biannal-ilma nurun wa nurullahi la yuhda li-ashi,”.

Baca juga : Shadab, Mualaf yang Pertaruhkan Nyawa Berislam di India

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ اَسَرَّ النَّبِيُّ اِلٰى بَعْضِ اَزْوَاجِهٖ حَدِيْثًاۚ فَلَمَّا نَبَّاَتْ بِهٖ وَاَظْهَرَهُ اللّٰهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهٗ وَاَعْرَضَ عَنْۢ بَعْضٍۚ فَلَمَّا نَبَّاَهَا بِهٖ قَالَتْ مَنْ اَنْۢبَاَكَ هٰذَاۗ قَالَ نَبَّاَنِيَ الْعَلِيْمُ الْخَبِيْرُ
Dan ingatlah ketika secara rahasia Nabi membicarakan suatu peristiwa kepada salah seorang istrinya (Hafsah). Lalu dia menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan peristiwa itu kepadanya (Nabi), lalu (Nabi) memberitahukan (kepada Hafsah) sebagian dan menyembunyikan sebagian yang lain. Maka ketika dia (Nabi) memberitahukan pembicaraan itu kepadanya (Hafsah), dia bertanya, “Siapa yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab, “Yang memberitahukan kepadaku adalah Allah Yang Maha Mengetahui, Mahateliti.”

(QS. At-Tahrim ayat 3)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement