REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – "Saya membenci Muslim hampir sepanjang hidup saya dan hari ini saya dengan bangga menyebut diri saya sendiri Muslim,” kata Siddharth, yang menggunakan nama Shadab ketika dia masuk Islam pada 2012 lalu.
Pada saat banyak pemerintah negara bagian yang diperintah Partai Bharatiya Janata (BJP) telah mengesahkan atau berencana untuk mengesahkan apa yang disebut undang-undang anti-agama, prosesnya mencerminkan peningkatan sentimen anti-Muslim.
Shadab adalah seorang Hindu yang taat dan berdoa di kuil setiap Selasa dan Sabtu. Dia akan memberi hormat pada semua yang diamanatkan agama, dan ingat membawa yang manis-manis ke kuil untuk dipersembahkan kepada para Dewa.
Dari kasta Kshatriya, dia mengatakan semua festival dan tradisi dirayakan dengan mengikuti adat istiadat Hindu yang ditentukan para agamawan untuk kasta mereka.
Pada usia 19 tahun, Shadab mulai mempertanyakan praktik ritualistik. Dia berkata, "Setiap kali saya bertanya kepada orang tua saya tentang signifikansi dan logika di balik pencahayaan diyas, mereka menyebut orang yang lebih tua sebagai pengikut tradisi, tetapi mereka tidak pernah memberi saya penjelasan yang logis."
Terlahir dari orang tua Hindu yang telah mengajari Shadab hari-hari dalam sepekan sesuai dengan hari apa yang menjadi milik Tuhan, dia mendapati dirinya mempertanyakan keyakinannya.
Baca juga : Arab Saudi akan Beli Drone dari Turki
Saat ditanya apa yang membuatnya tertarik pada Islam, dia mengatakan kesetaraan menginspirasi dia. Dilansir dari laman The Wire, Senin (15/3).
“Dalam Islam, baik itu pengemis atau bankir, semua berdiri dalam barisan yang sama untuk sholat, semua sama di mata Islam. Kamu tidak harus kaya atau dilahirkan dalam kategori sosial tertentu untuk bisa dekat dengan Allah,” kata Shadab.
Shadab mengatakan, Islam menganjurkan kesetaraan di antara semua manusia dan menyerukan rasa hormat yang sama kepada semua orang tanpa memandang warna kulit, ras, status keuangan, dan status sosial.