Rabu 17 Mar 2021 06:49 WIB

Pemerintah India Dikritik karena Ekspor Vaksin

Warga India ingin pemerintah menyediakan vaksin untuk rakyatnya lebih dulu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang petugas kesehatan bersiap untuk memberikan vaksin COVID-19 di sebuah rumah sakit di New Delhi, India, Kamis, 11 Februari 2021.
Foto: AP / Manish Swarup
Seorang petugas kesehatan bersiap untuk memberikan vaksin COVID-19 di sebuah rumah sakit di New Delhi, India, Kamis, 11 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWDELHI -- Partai oposisi terbesar di India yakni Indian National Congress (INC) mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi. Sebabnya, dosis vaksin Covid-19 ekspor hampir dua kali lipat dibandingkan dosis yang digunakan dalam program dalam negeri. Sementara kasus infeksi di negeri itu merangkak naik.

Saat ini India produsen vaksin Covid-19 terbesar di dunia yang telah memberkan atau menjual 59 juta dosis ke negara lain. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan 33 juta dosis yang digunakan untuk rakyatnya sendiri dalam program vaksin yang dimulai sejak pertengahan Januari.

Baca Juga

Sementara negara-negara kaya seperti Amerika Serikat (AS) dituduh mementingkan dirinya sendiri. India dipuji seluruh dunia karena mengirimkan vaksin AstraZeneca ke 71 negara selain vaksin buatan dalam negeri yang dikembangkan Bharat Biotech.

Namun banyak masyarakat India ingin pemerintah mereka menyediakan vaksin untuk rakyatnya sendiri terlebih dahulu. Daripada hanya untuk orang lanjut usia dan mereka berusia 45 tahun ke atas dengan kondisi kesehatan tertentu.

"Prioritas pemerintah Modi bukan negeri sendiri tapi negara asing," cicit INC di Twitter menggunakan tagar #IndiaMembutuhkanLebihBanyakVaksin, Selasa (16/3).

Baca juga : Survei FSGI: 8,17 Persen Guru Tolak Divaksinasi

INC juga menuduh pemerintah Modi lebih mengutamakan citra dibandingkan rakyat. "Kecepatan vaksinasi negara melambat karena sentralisasi distribusi vaksin," katanya.

Menteri Kesehatan  Harsh Vardhan mengatakan pada parlemen vaksin yang diekspor bukan dari 'anggaran rakyat India'. Ia menegaskan jumlah vaksin yang ekspor dan yang digunakan sendiri berusaha diseimbangkan.

Program imunisasi India lebih cepat sejak Modi memperluasnya pada bulan ini. Tapi Bangladesh tetap memvaksin orang lebih banyak dibandingkan India dengan vaksin dari India.

India berencana memvaksin 300 juta dari 1,35 miliar pendudukan pada bulan Agustus mendatang. Pada Selasa kemarin mereka melaporkan 24.492 kasus baru. Sudah enam hari berturut-turut kasus infeksi di India di atas 20 ribu.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan total kasus infeksi India saat ini mencapai 11,41 juta, paling tinggi di belakang AS dan Brasil. Sementara dalam 24 jam jumlah kasus kematian bertambah 135 menjadi 158.856.

Pemerintah mengatakan kerumunan dan keengganan memakai masker yang menimbulkan lonjakan kasus positif.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement