Rabu 17 Mar 2021 13:26 WIB

Faktor Ini Sebabkan Peserta Vaksinasi Bisa Terpapar Covid-19

Vaksinasi dan protokol kesehatan harus terus berjalan di tengah pandemi.

Petugas medis menunjukkan vaksin COVID-19 di Mataram, NTB, Rabu (17/3/2021). Pemprov NTB meminta Pemda kabupaten dan kota di wilayah NTB mempercepat pelaksanaan vaksinasi COVID-19, karena sebanyak 1.477 dosis vaksin COVID-19 yang didistribusikan pada tahap pertama dengan nomor seri 202020907 akan kadaluarsa pada 23 Maret 2021 dan vaksin nomor seri 202011044 akan kadaluarsa pada 3 Mei 2021.
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi
Petugas medis menunjukkan vaksin COVID-19 di Mataram, NTB, Rabu (17/3/2021). Pemprov NTB meminta Pemda kabupaten dan kota di wilayah NTB mempercepat pelaksanaan vaksinasi COVID-19, karena sebanyak 1.477 dosis vaksin COVID-19 yang didistribusikan pada tahap pertama dengan nomor seri 202020907 akan kadaluarsa pada 23 Maret 2021 dan vaksin nomor seri 202011044 akan kadaluarsa pada 3 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengemukakan peserta vaksinasi masih berpotensi tertular COVID-19 akibat faktor inkubasi virus. Dia mengatakan ketika peserta vaksinasi menerima vaksin pertama, tidak diketahui apakah orang itu tidak pernah terpapar virus sebelumnya.

"Ada kemungkinan saat terima suntikan, virusnya sedang dalam masa inkubasi," katanya dalam agenda webinar Peta Jalan Menuju Herd Immunity yang digelar secara daring oleh Forum Alenia, Rabu (17/3).

Baca Juga

Masa inkubasi Sars Cov-2 bisa berkisar 14 hingga 27 hari di tubuh manusia. Alhasil, masih ada kemungkinan saat vaksinasi kedua, terjadi infeksi penyakit karena virus sedang dalam masa inkubasi.

Kemungkinan kedua, kata Amin, penularan kepada peserta vaksinasi juga bisa disebabkan oleh kualitas antibody yang belum optimal pada saat penyuntikan pertama.

"Suntikan pertama adalah respons imun pertama. Kadarnya masih rendah, kecepatan pembentukan juga rendah dan kualitas antibody belum bagus. Tidak bisa proteksi pascasuntikan pertama," katanya.

Amin mengatakan usai penyuntikan pertama, antibodi dalam beberapa hari berikutnya akan menurun, sehingga sudah waktunya untuk disuntik vaksin dosis kedua sebagai 'booster'. Proteksi diri terhadap penularan COVID-19 secara optimal diperoleh dalam waktu satu hingga dua pekan setelah suntikan kedua. Bahkan ada yang sampai sebulan tergantung respons tubuh dari peserta vaksinasi.

Baca juga : Perempuan Lebih Berisiko Alami Efek Samping Vaksin Covid-19

"Angka 14 hari tentu bukan sesuatu yang fix. Itu kisaran, karena respons imun seseorang bersifat sangat individual. Kita harus berikan suntikan kedua sebelum respons imun pertama hilang. Kita harapkan ada memori sel dari sistem kekebalan kita sehingga dengan cepat mengenali suntikan kedua. Makanya suntikan kedua akan lebih cepat responsnya dan proteksi makin tinggi dan kadar makin tinggi juga," katanya.

Amin menambahkan suntikan kedua vaksin pun tidak sepenuhnya membuat seseorang kebal terhadap virus. Vaksinasi dan protokol kesehatan harus terus berjalan secara berdampingan di tengah pandemi.

"Pada prinsipnya, vaksin tidak akan menghentikan pandemi. Sekalipun sudah punya kekebalan vaksinasi, kita tidak bisa tinggalkan 3M (Memakai masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan pakai sabun). Vaksinasi harus tetap berdampingan dengan 3M," katanya.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan pada prinsipnya vaksin dosis pertama belum memberikan perlindungan yang cukup bagi peserta vaksin."Sudah banyak di berita, orang sudah divaksin positif (COVID-19). Sebab perlindungan terhadap risiko 65 persen, sisanya kita masih bisa tertular tapi tidak sampai sakit berat," katanya.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement