Kamis 18 Mar 2021 08:46 WIB

Ketika Seorang Muslim Terlalu Mencintai Dunia

Muslim seharusnya mengingat dunia bukanlah tujuan akhir.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Ketika Seorang Muslim Terlalu Mencintai Dunia
Foto: Antara/Jojon
Ketika Seorang Muslim Terlalu Mencintai Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim percaya tujuan penciptaan dirinya dan keberadaannya di dunia ini tidak lain adalah beribadah kepada Allah Ta'ala. Hanya saja, tidak sedikit yang akhirnya melupakan hal tersebut sehingga terjerumus dalam kecintaan yang dalam pada nikmat dunia.

Seorang mualaf dan pengarang buku The Islamic yang juga seniman grafis yang berfokus pada tema-tema konversi ke Islam, Theresa Corbin, mengatakan, tidak ada masalah dalam mencintai dunia.  Bagaimanapun, itu adalah sarana untuk menopang hidup kita dan melanjutkan ibadah.

Baca Juga

Bagaimanapun, itu adalah berkat bagi kita dan sarana bagi kita untuk bersyukur kepada Pencipta. Masalah datang ketika kita membuat dunia menjadi tujuan dan bukan alat untuk tujuan akhir. Dunia adalah tempat sementara waktu dan semua yang ada di dunia harus digunakan atau dihindari dengan tujuan akhir mencapai ridha Allah.

"Tujuan kita bukanlah menjadi sekaya, atau sekuat, atau senyaman mungkin dalam hidup ini. Hidup ini hanyalah sarana menuju akhirat di mana apa yang kita lakukan di dunia akan menentukan posisi kita di hadapan Allah," katanya dilansir dari About Islam, Rabu (25/11).

Allah juga sebenarnya sudah tahu kalau kita akan melakukan kesalahan dalam perjalanan kita menuju akhirat. Allah berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا 

Artinya: "Sesungguhnya kalian (wahai manusia), mementingkan perhiasan dunia atas kenikmatan akhirat," (QS al-A’la Ayat 16).

Baca juga : Gibran, Kaesang, dan Calon Investor Bahas Masa Depan Persis

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement