REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di dalam kehidupan ini, ada yang dinamai dengan hukum-hukum alam atau dalam bahasa agamawan kerap disebut sunatullah. Yakni ketetapan-ketetapan Allah yang lazim berlaku dalam kehidupan seperti hukum sebab dan akibat, salah satunya adalah sakit.
Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Alquran menjelaskan, manusia memang mengetahui sebagian dari hukum-hukum teresebut namun manusia belum lagi mengetahui seluruhnya. Tentang hukum-hukum Allah yang berlaku di alam, seperti hukum sebab-akibat tadi, layaknya dipikirkan mengenai: Siapakah yang mengaturnya? Siapakah yang menjadikan atau mewujudkan akibatnya?
Kesembuhan seorang penderita sakit apakah disebabkan oleh obat yang diminum atau oleh petunjuk dokter yang ditaatinya? Keduanya tidak. Demikian jawaban para agamawan yang disandarkan pada firman Allah dalam Alquran Surah Asy-Syuara ayat 80: “Wa idza maridhtu fahuwa yasyfiin,”. Yang artinya: “Jika aku sakit, maka Dia (Allah) yang menyembuhkanku,”.
Prof Quraish menjelaskan, ilmuwan akan menjawab demikian pula. Karena menurut mereka, hukum-hukum alam tiada lain kecuali ‘ikhtisar dari pukul rata statistik’. Setiap saat kita melihat air mengalir menuju tempat yang rendah, matahari terbit dari sebelah timur, si sakit sembuh karena meminum obat tertentu, dan hal-hal lain yang lazim dilihat dan diketahui manusia.
Berdasarkan hal ini, maka muncullah apa yang dinamakan hukum-hukum alam. Tetapi jangan menduga bahwa ‘sebab’ itulah yang mewujudkan akibat. Para ilmuwan sendiri mengakui bahwa mereka tidak tahu secara pasti faktor apa dari sekian banyak faktor yang mengantarkannya ke sana. Hakikat ‘sebab’ yang diketahui hanyalah bahwa ia terjadi sebelum terjadi akibatnya.