Kamis 18 Mar 2021 10:31 WIB

Menkeu: RI jadi Pusat Perhatian Industri Baterai Listrik

Menkeu Sri Mulyani optimistis RI jadi pusat perhatian karena kebutuhan nikel

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia sebagai negara yang menghasilkan nikel dengan reserve dan produksi terbesar, sehingga menjadi pusat perhatian terhadap pembangunan dari battery electric vehicle.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia sebagai negara yang menghasilkan nikel dengan reserve dan produksi terbesar, sehingga menjadi pusat perhatian terhadap pembangunan dari battery electric vehicle.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyampaikan Indonesia memiliki potensi besar sebagai pemain utama industri battery electric vehicle (BEV).  Saat ini Indonesia memiliki cadangan sumber daya nikel terbesar di dunia sebagai bahan baku industri baterai dan pengembangan mobil listrik.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia sebagai negara yang menghasilkan nikel dengan reserve dan produksi terbesar, sehingga menjadi pusat perhatian terhadap pembangunan dari battery electric vehicle.

“Indonesia dianggap sebagai pusatnya (nikel), bahkan beberapa artikel internasional. Hal ini menggambarkan suatu sisi ketergantungan terhadap nikel yang meningkat,” ungkapnya dikutip dari laman Setkab.go.id, Rabu (18/3).

Maka itu, sambungnya, pemerintah Indonesia berkomitmen memanfaatkan tren teknologi ini yang diprediksi ke depannya akan terus meningkat. Menkeu menilai saat ini kesadaran terhadap lingkungan terus meningkat, sehingga tren kendaraan bermotor juga bertransformasi sangat cepat yang lebih ramah lingkungan.

“Bahan bakar yang terbarukan atau disebut sebagai battery electric vehicle yang diperkirakan akan mendominasi keseluruhan kendaraan bermotor di seluruh dunia,” ucapnya.

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga berkomitmen secara global di bidang perubahan iklim dengan menurunkan jumlah emisi gas rumah kaca atau CO2. Maka itu, pemerintah berupaya menurunkan emisi yang bersumber dari sektor transportasi dengan mendorong pengembangan sektor industri kendaraan bermotor berbasis listrik.

“Pemerintah menargetkan menurunkan 29 persen dari emisi CO2 dengan usaha sendiri atau sebesar 41 persen pada 2030 jika ada dukungan dan kolaborasi internasional. Kita akan membangun dan terus meningkatkan daya saing dari industri otomotif yang berbasis baterai,” katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement