REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengimbau masyarakat yang telah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 jangan merasa menjadi seperti Superman atau merasa super. Artinya, potensi keterpaparan virus corona masih tetap ada bila tidak dapat menjaga protokol kesehatan dengan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi).
Ridwan Kamil momohon, terlebih untuk masyarakat yang baru satu kali mendapatkan suntikan vaksin jangan euforia. "Kepada yang beres suntik kedua juga jangan merasa jadi Superman karena antibodi muncul setelah suntikan kedua, maksimal tiga bulan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Kamis (18/3).
Menurut Emil, ketika dalam proses muncul antibodi masih sedikit, maka virus corona bisa saja masuk ke dalam tubuh. Karena itu, masyarakat harus tetap menjaga kedisiplinan dalam menjalankan prokes.
"Saya berdoa sampai suatu hari diumumkan proklamasi beres dari Covid oleh presiden, di sana kita lega menata peradaban kita dengan lebih baik," katanya.
Diketahui, jumlah sasaran vaksinasi tahap II di Jabar sekitar 6,6 juta orang. Rinciannya, ada 4.403.984 lansia yang jadi target, sementara petugas publik mencapai 2.195.215 orang.
Menurut Emil, dalam melakukan vaksinasi Jabar melakukan prosedur vaksinasi massal yang paling canggih dan bisa diinovasikan di Jabar. Pertama dalam tiga hari, 5.000 orang bisa divaksin. Kedua, proses screening kesehatan bisa dilakukan secara telemedicine atau online.
Baca juga : Lansia Cukup Bawa KTP untuk Vaksinasi di Istora Senayan
"Selama ini kita mendapati Lansia yang datang, saat diwawancarai ternyata hampir 20 persen tidak memungkinkan karena masalah klinisnya," katanya.
Dengan proses telemedicine, kata dia, kedatangan yang gagal divaksin bisa turun hingga empat persen dan nanti nol persen. Kemudian juga, menurut Emil, pihaknya memperbaiki sistem, di sini penyuntikan di bilik sehingga untuk perempuan yang kurang nyaman dilihat orang ada pilihan. Begitu juga, untuk lansia ada inovasi.
"Kalau lansia itu dikali dua, karena biasanya selalu dengan pendamping , saat antre, biar tidak bingung karena sepuh maka pada kursi antreannya dikasih satu untuk pendamping juga," katanya.
Menurutnya, yang terpenting perjuangan melawan Covid-19 ini tidak mungkin hanya dilakukan pemerintah tapi harus ada partisipasi semua orang. Karena kalau hanya mengandalkan pemerintah akan keteteran.
Inovasi lainnya, kata dia, ada drive thru juga dilakukan. Pokoknya, semua dilakukan supaya tidak ada istilah molor, dan istilah salah target.