REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Populasi Australia telah menurun untuk pertama kalinya dalam lebih dari seabad terakhir. Hal itu dipicu penutupan perbatasan akibat pandemi yang membendung arus migran luar negeri.
Biro Statistik Australia (BSA) mengatakan populasi tumbuh kurang dari satu persen dalam setahun hingga September 2020 dan sebenarnya menurun pada kuartal terakhir yang tercatat. “Terakhir kali kami melihat penurunan populasi adalah pada tahun hingga Desember 1916, selama Perang Dunia I,” kata Direktur BSA Phil Browning pada Kamis (18/3).
Selama berabad-abad, pertumbuhan ekonomi Australia dibangun di atas pertambangan, pertanian, serta didorong oleh beberapa gelombang migrasi massal dari Eropa, Asia, dan sekitarnya. Namun, pada awal pandemi Covid-19, Australia yang hanya memiliki populasi 25,7 juta jiwa, menutup diri dari dunia.
“Penurunan migrasi ke luar negeri telah diamati selama dua kuartal terakhir. Untuk kuartal terbaru ini, penurunan tersebut tidak sebanding dengan peningkatan alami yang menyebabkan sedikit penurunan populasi," kata Browning.
Migrasi bersih ke luar negeri mencapai 85.100 pada 2020 hingga September. Angka itu jauh lebih sedikit daripada jumlah wisatawan yang biasanya tiba ke Australia setiap pekan. Ekonomi Australia menyusut 1,1 persen tahun lalu. Namun, tampaknya akan tumbuh dengan kuat pada paruh pertama 2021.
BSA juga turut melaporkan tingkat pengangguran yang turun menjadi 5,8 persen pada Februari. Hal itu menunjukkan pemulihan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan. Jumlah warga yang bekerja kini berada di atas 13 juta. Angka itu lebih tinggi dari tingkat yang terlihat pada permulaan pandemi Maret 2020.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison memuji hal tersebut. "Ada lebih banyak pekerjaan sekarang daripada saat resesi dimulai," ujarnya.