REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Komunitas Tolak Plastik sekali pakai (KTP), Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Muhammadiyah Surabaya (Mupalas) dan Ecoton melakukan penelitian air di Sungai Tambak Wedi, Surabaya pada Kamis siang (18/3). Komunitas-komunitas tersebut menemukan kandungan air di sungai telah tercemar fosfat dan khlorin.
Pengurus Harian Mupalas, Faisol Mardiono mengatakan, kondisi di Sungai Tambak Wedi tidak lepas dari pencemaran deterjen dari masyarakat sekitar. Faisol khawatir kondisi akan semakin parah dalam beberapa tahun ke depan. "Dua tahun lagi ekosistem Sungai Tambak Wedi (bisa) buyar," ungkapnya.
Dalam penelitian kali ini, para anggota komunitas mengambil sampel air di tiga titik muara Sungai Tambak Wedi. Mereka menggunakan alat Total Dissolved Solid (TDS) atau kandungan ion terlarut dalam air. Kemudian pengukur fosfat, amonium, pH meter, khlorin dan plankton net untuk mengambil sampel mikroplastik.
Peneliti dari KTP, Miftakhul Rohmah mengatakan, kandungan fosfat di Sungai Tambak Wedi sebesar 45 part per milion (ppm). Sementara untuk TDS mencapai 4.015 hingga 5.012 ppm. "Padahal untuk baku mutu air sungai parameter TDS harus lebih kecil 1.500 ppm dan kadar fosfat tidak boleh lebih dari lima ppm," katanya.
Kemudian kandungan pH pada air Sungai Tambak Wedi sebesar 8,6. Hal ini berarti air di sungai tersebut dalam kondisi basa. Jika kandungan pH tinggi dan fosfat jauh di atas baku mutu, maka sungai Tambak Wedi mengandung deterjen.
Menurut Miftahul, deterjen mengandung senyawa karsinogenik yang tidak dapat terurai di alam. Kondisi ini nantinya bisa menghancurkan ekosistem di Sungai Tambah Wedi. "Dan juga Selat Madura," jelasnya.
Adapun bahaya fosfat sendiri antara lain dapat menghambat penguraian bahan organik di perairan. Kemudian menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan perairan sehingga terjadi ledakan populasi alga yang akan menurunkan oksigen terlarut. Situasi tersebut bisa menyebabkan kematian biota air dan ikan.
Busa yang timbul di permukaan air juga mampu menghalangi penetrasi matahari ke kolom air. Kondisi ini dapat menghambat fotosintesis dan mengganggu mobilitas biota perairan. Selain itu, juga menyebabkan pH air menjadi basa dan bisa membahayakan kehidupan biota air.