REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Badan pengawas obat Uni Eropa (EMA) menyatakan vaksin AstraZeneca tidak terkait dengan peningkatan risiko penggumpalan darah. Dikatakan, secara umum vaksin tersebut memiliki manfaat yang jauh lebih besar daripada risikonya.
EMA juga menyarankan agar negara-negara Uni Eropa bisa melanjutkan vaksinasi AstraZeneca. "Posisi ilmiah kami adalah bahwa vaksin ini merupakan pilihan yang aman dan efektif untuk melindungi warga dari Covid-19. Jika itu saya, saya akan divaksinasi besok," kata kepala EMA, Emer Cooke dikutip dari nzherald, Jumat (19/3).
Namun demikian, dia mengatakan jika otoritas tidak dapat mengesampingkan secara pasti hubungan antara jenis pembekuan darah yang langka dan vaksin tersebut. EMA merekomendasikan untuk menambahkan deskripsi kasus ini ke brosur vaksin sehingga petugas kesehatan dan pasien akan sadar.
Gumpalan yang terbentuk di lengan, kaki, atau tempat lain dapat terlepas dan menyebar ke jantung, otak, atau paru-paru, menyebabkan stroke, serangan jantung, atau penyumbatan mematikan lainnya. Meskipun banyak negara terus menggunakan vaksin AstraZeneca, ada kekhawatiran bahwa perdebatan tersebut dapat secara serius merusak kepercayaan terhadap suntikan itu.
Di Eropa yang memiliki banyak pilihan vaksin, pertanyaan keamanan telah memperumit peluncuran yang terlambat di 27 negara UE. Terlebih, ketika penggumpalan darah telah dilaporkan pada setidaknya 37 orang. Setidaknya empat kematian di antara mereka telah tercatat, dari 17 juta orang yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin AstraZeneca di Eropa.
Tak hanya itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin itu bertanggung jawab terhadap kasus penggumpalan darah. Produsen obat juga mengatakan tidak menemukan peningkatan risiko pembekuan.
Sejauh ini, beberapa negara Eropa telah menangguhkan penggunaan vaksin selama sepekan terakhir menyusul laporan dari jenis pembekuan darah langka yang terjadi. Di antaranya adalah Jerman, Prancis, dan wilayah sekitarnya yang mengatakan mereka ingin menunggu keputusan Badan Obat Eropa sebelum memutuskan apakah akan melanjutkan penggunaan vaksin tersebut atau tidak.