Jumat 19 Mar 2021 07:33 WIB

Brasil Kekurangan Tenaga Medis di ICU

Tenaga medis Brasil mengalami kelelahan yang meningkatkan risiko kesalahan penanganan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang wanita bereaksi saat melihat jarum suntik vaksin Sinovac untuk COVID-19 saat petugas kesehatan memvaksinasi penduduk di quilombo Kalunga Vao de Almas di pinggiran Cavalcante, negara bagian Goias, Brasil, Selasa, 16 Maret 2021.
Foto: AP/Eraldo Peres
Seorang wanita bereaksi saat melihat jarum suntik vaksin Sinovac untuk COVID-19 saat petugas kesehatan memvaksinasi penduduk di quilombo Kalunga Vao de Almas di pinggiran Cavalcante, negara bagian Goias, Brasil, Selasa, 16 Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Brasil kekurangan tenaga medis di unit perawatan intensif, ketika pandemi virus korona di negara tersebut semakin tidak terkendali. Beberapa profesional medis mengaku mengalami kelelahan fisik dan psikis setelah berbulan-bulan melakukan pekerjaan untuk merawat ribuan pasien Covid-19 yang angkanya terus bertambah.

"Jumlah dokter perawatan intensif mengalami kekurangan," ujar Presiden Asosiasi Medis Brasil (AMB) Cesar Eduardo Fernandes.

Baca Juga

Munculnya varian baru virus corona yang lebih menular dan kurangnya tindakan pencegahan membuat Brasil menjadi episentrum pandemi Covid-19 secara global. Lebih dari 284 ribu warga Brasil telah meninggal dunia karena virus corona. Menurut penghitungan Reuters, Brasil sekarang menyumbang satu dari setiap enam infeksi virus korona yang dilaporkan di seluruh dunia.

Menurut institut biomedis Fiocruz, sistem kesehatan Brasil sedang goyah karena kapasitas unit perawatan intensif di 25 negara bagian distrik federal telah mencapai batas maksimum yaitu 80 persen. Sementara 19 ibu kota negara bagian telah melewati 90 persen kapasitas. Pada Kamis (18/3) Sao Paulo mencatat kematian pertama dari seorang pasien yang menunggu tempat tidur di ICU.

“Kami melihat pasien datang dengan kecepatan yang tidak dapat kami tangani. Hal ini menyebabkan kami para profesional kesehatan sudah lelah, mengalami stres tambahan, karena kami tahu bahwa kami tidak melayani semua orang yang membutuhkan kami," ujar Kepala perawatan intensif di Rumah Sakit Sao Paulo, Flavia Machado.

Machado menambahkan bahwa semua rekan-rekannya mengalami kelelahan dan emosional, yang mengancam kemampuan pengambilan keputusan mereka. Kondisi ini juga dapat meningkatkan kemungkinan mereka melakukan kesalahan.

Di banyak negara bagian, gubernur dan walikota berjuang untuk membuka rumah sakit lapangan karena kurangnya tenaga profesional yang memenuhi syarat. Pejabat kesehatan masyarakat membatalkan operasi elektif dan mengubah sayap rumah sakit menjadi ICU darurat, tetapi masih menghadapi kekurangan sumber daya manusia.

"Sekarang kami memiliki 'rumah sakit lapangan' yang didirikan di dalam rumah sakit yang ada secara tepat sehingga kami bisa mendapatkan dukungan dari para profesional di sana,” ujar Menteri Kesehatan negara bagian Sao Paulo, Jean Gorinchteyn.

Brasil memiliki lebih dari 540 ribu dokter dengan rasio dokter per kapita yang tidak jauh dari Amerika Serikat. Namun, hanya sebagian kecil yang memenuhi syarat untuk bekerja di perawatan ICU khusus.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement