Jumat 19 Mar 2021 20:23 WIB

Kemensos Wujudkan Balai Literasi Braille Adaptif di Cimahi

Balai ini merupakan pusat rujukan nasional dan menjadi laboratorium. 

Red: Agus Yulianto
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.
Foto: Dok Kemensos
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial berupaya mewujudkan Balai Literasi Braille Abiyoso di Cimahi. Balai ini adaptif dengan perkembangan teknologi melalui tayangan edukatif agar mempermudah para penyandang disabilitas sensorik netra untuk belajar.

"Yang perlu kita lakukan sekarang adalah membuat para penyandang disabilitas sensorik netra bertahan di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Seperti membuat buku pertanian, peternakan, teknologi terapan sederhana dan lain-lain yang ditranskripkan menjadi tayangan atau audio visual," kata Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat (19/3).

Balai Literasi Braille Abiyoso di Cimahi merupakan pusat rujukan nasional dan menjadi laboratorium untuk mengembangkan braille lingkup nasional. Oleh karena itu, balai perlu mengembangkan inovasi-inovasi baru yang bisa diakses oleh penyandang disabilitas sensorik netra sesuai perkembangan teknologi.

Menjawab tantangan menurunnya pengguna buku braille, Balai Literasi Abiyoso Cimahi menciptakan inovasi Buku Bicara, yaitu mentranskripkan teks menjadi media audio, Risma mengarahkan, balai untuk mengembangkan inovasi tersebut dengan menerjemahkan buku pelajaran menjadi tayangan (audio visual).

Selain itu, Risma yang meninjau balai tersebut juga menyampaikan gagasannya agar Balai Literasi Abiyoso Cimahi bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk membuat sebuah perangkat lunak yang bisa membaca hasil pindaian dari sebuah teks maupun gambar.

"Jadi pakai perangkat lunak yang ketika penyandang disabilitas sensorik netra menerima sebuah surat atau kertas berisi teks tulisan maupun gambar, dipindai, kemudian hasil pindaian itu bisa ditranskrip ke media audio," jelas Risma.

Gagasan lainnya yaitu membuat perangkat lunak yang bisa menjadi penunjuk arah penyandang disabilitas sensorik netra dalam beraktivitas, seperti berjalan di ruang publik."Inovasi ini membuat mereka tidak bergantung. Mereka mudah dalam beraktivitas, salah satunya berjalan di ruang publik," sambung Risma.

Risma juga berharap, semua penyandang disabilitas sensorik netra di seluruh pelosok Indonesia bisa mendapatkan akses yang sama di berbagai ruang informasi dan ilmu. Risma juga berharap konsep ini bisa memunculkan daya tarik dan perhatian bagi penyandang disabilitas sensorik netra untuk mengikuti berbagai macam pelajaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement