Sabtu 20 Mar 2021 08:21 WIB

Eropa Wilayah Pertama dengan Kematian Covid Lampaui Sejuta

Wilayah ini telah melakukan vaksinasi yang cukup besar, sekitar 12 dari 100 orang.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Agus Yulianto
 Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen
Foto: AP/Francisco Seco/Pool AP
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Eropa menjadi wilayah pertama dengan kematian Covid-19 yang melampaui 1 juta jiwa. Dikatakan, wilayah, yang mencakup 51 negara itu memiliki sekitar 35,5 persen dari semua kematian akibat virus korona dan 30,5 persen dari semua kasus yang ada di dunia. 

Namun demikian, wilayah tersebut telah melakukan vaksinasi yang cukup besar, sekitar 12 dari 100 orang yang ada. Jumlah tersebut masih di bawah Israel dan Amerika Serikat.

Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, situasi saat ini memang memburuk. “Kami melihat puncak gelombang ketiga terbentuk di negara-negara anggota, dan kami tahu bahwa kami perlu mempercepat tingkat vaksinasi.” ujar dia dikutip dari Reuters, Sabtu (20/3).

Jumlah infeksi di Eropa kini kembali mulai meningkat. Khususnya, setelah Prancis baru-baru ini mengalami lonjakan kasus terbesar dalam satu hari sejak November lalu. Wilayah tersebut saat ini melaporkan satu juta kasus baru hanya dalam enam hari.

Menurut data, negara-negara di Eropa Timur, termasuk Rusia, tetap terkena dampak terparah berdasarkan jumlah kasus dan kematian. Rusia memiliki jumlah total infeksi Covid tertinggi, dengan lebih dari 4,4 juta atau hampir 12 persen dari semua kasus di wilayah tersebut. 

Tak hanya itu, Rusia menjadi negara dengan kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia per kapita, dengan sekitar 153 kematian per 100 ribu penduduk. Jumlah itu, tepat di belakang Amerika Serikat dengan 164 kematian untuk setiap 100 ribu orang.

Sementara pusat episentrum pertama di Eropa, Italia, menjadi negara ketiga dengan kematian melebihi 100 ribu pada pekan lalu. Perdana Menteri Mario Draghi memperingatkan bahwa situasinya akan memburuk lagi dengan lonjakan jumlah pasien di rumah sakit dalam beberapa waktu mendatang.

Terpisah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau negara-negara untuk tidak menghentikan sementara kampanye vaksinasi. Sementara Badan Obat Eropa (EMA) mengatakan bahwa jumlah kejadian tromboemboli pada orang yang divaksinasi tidak lebih tinggi dari jumlah yang terlihat pada populasi umum.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement