Sabtu 20 Mar 2021 13:22 WIB

Nakes Keluhkan Lockdown Parsial di Prancis

Nakes nilai lockdown keseluruhan wilayah Prancis lebih tepat.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Indira Rezkisari
Pria berjalan di sisi kota Paris, Prancis. PM Prancis pada 18 Maret 2021 mengumumkan sebagian bagian di Prancis kembali diberlakukan lockdown.
Foto: EPA
Pria berjalan di sisi kota Paris, Prancis. PM Prancis pada 18 Maret 2021 mengumumkan sebagian bagian di Prancis kembali diberlakukan lockdown.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Ketika seorang perawat Anaelle Aeschliman memulai shift malam 12 jamnya untuk merawat pasien Covid-19, Perdana Menteri Prancis mengumumkan pembatasan baru untuk memerangi virus corona yang muncul kembali di Paris. Perawat berusia 26 tahun itu tidak terkesan dengan kebijakan lockdown parisal. Ia berharap lockdown total secara nasional untuk memperlambat aliran pasien sakit parah yang mengisi ICU seperti di tempatnya kerja, di Paris barat.

Sebaliknya, Perdana Menteri Jean Castex mengumumkan kesalahan langkah, termasuk penutupan toko-toko yang tidak penting, yang sebagian besar terbatas di Paris dan Prancis utara. Castex justru tidak mewajibkan orang untuk menghabiskan sebagian besar hari di dalam ruangan.

Baca Juga

"Mengunci wilayah demi wilayah tidaklah cukup. Saya pikir itu bunuh diri," kata Aeschliman dilansir dari AP pada Sabtu (20/3). "Saya akui, saya sedikit kecewa karena kami tidak lockdown secara nasional," lanjut Aeschliman.

Pierre Squara selaku dokter yang bertanggungjawab di unit ICU rumah sakit swasta Ambroise Paré, mendorong publik untuk meninggalkan apartemen mereka di Paris. Menurutnya, hal itu masuk akal, terutama dengan musim semi yang akan tiba.

Masyarakat di wilayah Paris dan di bagian utara negara yang dicakup oleh peraturan baru dapat berjalan selama yang mereka suka dalam sehari, dalam radius 10 kilometer (enam mil) dari rumah mereka. Sekolah akan tetap buka.

Kebijakan baru Prancis mempengaruhi sekitar 21 juta orang di negara berpenduduk 67 juta tersebut.

Namun, pada saat yang sama, perubahan jam malam nasional akan memberi warga kebebasan ekstra. Ini akan dimulai pukul 19.00 bukannya jam 18.00 seperti sebelumnya, dan berjalan hingga jam 06.00 pagi. Restoran, bar, bioskop, gym, museum, teater, dan ruang konser telah ditutup selama hampir lima bulan.

"Sekarang cuaca bagus akan tiba dan orang-orang dapat keluar, itu akan menyebarkan virus lebih banyak lagi," keluh Squara.

Kemudian, dokter ICU lainnya, Anousone Daulasim, mengatakan lockdown parsial mutlak diperlukan untuk menghilangkan tekanan dari tim medis. Dia memberikan penilaian tentang seberapa efektif kebijakan itu melawan lonjakan infeksi.

"Kami akan melihat di masa depan apakah jenis lockdown baru ini akan cukup," ucap Daulasim.

Para dokter berharap lockdown baru akan memberi lebih banyak waktu bagi kampanye vaksinasi Prancis untuk membuat kemajuan dalam melawan virus. Sayangnya, vaksinasi ini berjalan lambat dengan menargetkan sebagian besar suntikan pertama pada orang tua.

Terutama 700 ribu penduduk panti jompo yang paling terpukul oleh gelombang pandemi sebelumnya. Mereka menyumbang lebih dari sepertiga dari 91.706 kematian di Prancis.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement