Sabtu 20 Mar 2021 16:50 WIB

Ricky Subagja Ingin Poin All England 2019 Dihapus

Legenda bulutangkis Indonesia ini menegaskan seluruh tim kecewa besar.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Akbar
Ricky Subagja
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ricky Subagja

REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM--Manajer tim bulutangkis Indonesia Ricky Subagja ingin poin dalam kejuaraan All England 2019 tak berlaku. Ricky kecewa besar atas perlakuan Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) dan penyelenggara turnamen yang dinilai diskrimatif.

Tim bulutangkis Indonesia dipaksa mundur oleh BWF dan penyelenggara All England 2019 karena saat keberangkatan ke Inggris satu pesawat dengan orang yang positif Covid-19. Pemberitahuan tersebut baru diumumkan ketika beberapa atlet Indonesia telah memenangkan pertandingan.

Mereka pun diperintahkan untuk segera keluar dari arena pertandingan dan kembali ke hotel tanpa diperbolehkan menggunakan bus alias harus jalan kaki.  Di hotel mereka juga tidak diperbolehkan mengunakan lift dan harus isolasi di kamar.

Perlakuan tersebut berbeda kepada beberapa atlet negara lain seperti Turki, Thailand, India dan Denmark yang diperbolehkan terus bertanding. Walaupun pebulutangkis Turki Neslihan Yigit yang satu pesawat dengan tim Indonesia masih sempat bertanding saat Indonesia dicoret.

“Saya ada harapan lagi mudah-mudahan melalui PBSI poin All England tak berlaku. Siapapun yang juara. Indonesia diberlakukan tak adil. Keteledoran BWF. Seharusnya pemain dilindungi BWF. Semua top player yang kita bawa,” kata Ricky dalam konferensi virtual, Jumat (19/3) malam WIB.

Legenda bulutangkis Indonesia ini menegaskan seluruh tim kecewa besar. Secara pribadi, Ricky menilai kasus ini merugikan tim dan menguntungkan lawan. Ia menambahkan peristiwa ini juga memengaruhi mental pemain.

Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya Desra Percaya menanggapi pertanyaan apakah Indonesia perlu memboikot All England pada turnamen selanjutnya.  Ia mengatakan terlalu dini melakukan boikot. Ia menyerahkan langkah selanjutnya kepada PBSI.

“Saya yakin pemerintah akan memberikan semacam opsi, poin-poin yang dicapai tak dihitung dalam ranking pemain dunia. Kedua harus ada perbaikan protokol kesehatan. Kalau itu gak ada buat apa? Kita gak kekurangan turnamen besar,” ujar Desra.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement