REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Perdana menteri pemerintah bersatu Libya yang baru pada Jumat (19/3) mengatakan telah memerintahkan jaksa agung untuk melakukan penyelidikan terhadap penemuan sejumlah jasad di Benghazi. Media setempat melansir bahwa pada Kamis (18/3), belasan orang yang ditembak mati ditemukan di Benghazi.
Kota di kawasan timur itu menjadi benteng Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar. Tahun lalu, pasukan LNAyang menyerang Ibu Kota Tripoli berhasil dipukul mundur. Perdana Menteri Abdulhamid Dbeibeh, yang terpilih melalui proses yang diketuai oleh PBB dan dilantik pekan ini, menulis di Twitter bahwa kejadian semacam itu tidak dapat dibiarkan atau disembunyikan."Saya memberi Menteri Dalam Negeri arahan langsung untuk menangani kejadian ini dan saya meminta Jaksa Agung untuk melakukan penyelidikan," katanya.
Di Benghazi, tempat keberadaan Markas Besar Keamanan, yang mencakup unit militer dan kepolisian di bawah kendali LNA, awalnya membantah temuan jasad tersebut. Namun kemudian pada Jumat, pihaknya mengeluarkan pernyataan mengenai penemuan tersebut.
Libya mengalami kekacauan dan kekerasan selama satu dekade sejak pemberontakan yang dipimpin oleh NATO menggulingkan Muammar Qadafi. Sementara itu, kelompok-kelompok bersenjata merebut kendali distrik kota, yang menyebabkan penculikan dan pembunuhan merajalela.
Faksi utama barat dan timur yang terpecah pada 2014 secara terang-terangan menerima pemerintahan Dbeibeh, yang bertahun-tahun oleh banyak kalangan dianggap sebagai harapan terbaik bagi Libya untuk mewujudkanperdamaian, meski tantangan besar masih bermunculan.