REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM— Ribuan warga Israel berdemonstrasi di luar kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada Sabtu (20/3), menyerukan penghentian kepemimpinannya hanya tiga hari sebelum pemilu keempat negara itu dalam dua tahun.
Para pengunjuk rasa turun di jalan-jalan yang ditutup untuk lalu lintas oleh polisi, mengibarkan bendera, menabuh genderang, meniup terompet, dan meneriakkan yel-yel untuk menggantikan tokoh konservatif berusia 71 tahun itu.
Kerumunan itu lebih besar dari banyak protes anti Netanyahu sebelumnya selama setahun terakhir, yang oleh media Israel dilaporkan jumlahnya sekitar 20 ribu orang.
Meskipun Partai Likud sayap kanannya diperkirakan akan muncul sebagai partai terbesar dalam pemungutan suara 23 Maret, jajak pendapat memperkirakan tidak ada pemenang yang jelas dengan mayoritas di parlemen atau mampu membentuk pemerintahan, mirip dengan tiga pemilihan sebelumnya.
Tekanan meningkat dalam pemilihan umum terhadap Netanyahu, yang diadili karena korupsi dan dituduh oleh para kritikus salah mengelola pandemi virus corona.
Netanyahu berharap keberhasilan program vaksinasi Covid-19 yang cepat dari pemerintahnya, yang telah memungkinkan sebagian besar perekonomian terbuka setelah tiga penguncian, bersama dengan serangkaian perjanjian normalisasi dengan negara-negara Arab, akan memberinya dorongan yang diperlukan untuk mengamankan mayoritas di parlemen. Netanyahu menghadapi tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan, yang semuanya dia bantah.