REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Umum Perikanan Indonesia atau Perum Perindo mendapatkan peluang inovasi bisnis perikanan usai audiensi dengan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Hal ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi Indonesia Bambang Brodjonegoro saat audiensi dengan Perum Perindo pada Jumat (19/3).
Bambang mengatakan Perum Perindo merupakan perusahaan perikanan yang dapat memanfaatkan teknologi terkini untuk pengembangan bisnis ke depan.
Menurut Bambang, peluang di bidang perikanan sangat terbuka lebar. Oleh karena itu, pihaknya turut mengundang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) agar hasil audiensi lebih komprehensif.
"Salah satu peluangnya bisa melalui marketplace bidang perikanan. Jadi aplikasi bisa yang memotong rantai distribusi dari nelayan ke end user," ujar Bambang dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (21/3).
Selain itu, lanjut Bambang, ada teknologi kapal pelat datar yang terbuat dari baja. Kapal tersebut cocok untuk perikanan karena memiliki teknologi canggih untuk mengarungi laut lepas Dari sisi penyimpanan ikan, ucap Bambang, ada juga penelitian terkait substitusi cold storage yang tidak membutuhkan listrik yang besar. Bambang menyebut teknologi di bidang perikanan lainnya yakni citra satelit yang mampu mendeteksi tempat yang paling cocok untuk budidaya ikan.
"Jadi kami sangat terbuka jika Perum Perindo menggandeng kami untuk kerja sama," ungkap Bambang.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Perum Perindo Fatah Setiawan Topobroto menyatakan terima kasih atas ide dan gagasan terkait teknologi yang dapat diterapkan di bisnis perikanan.
"Kami akan terus mencoba menerapkan teknologi terbarukan di kawasan kami , Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta dan di kota lainnya," ujar Fatah.
Fatah menjelaskan akan menggandeng BPPT dan LIPI untuk meminimalisir banjir rob di kawasan pelabuhan perikanan. Pasalnya, fenomena alam tahunan tersebut cukup menjadi ganjalan dalam bisnis perikanan. Nantinya, Perum Perindo akan menerima masukan dari hasil riset BPPT dan LIPI terkait pembuatan bendungan.
Pemerintah, ucap Fatah, sebenarnya telah menggagas program Giant Sea Wall di pantai utara Jakarta. Namun program tersebut belum berjalan untuk menanggulangi banjir rob musiman.
Selain itu, lanjut Fatah, Perum Perindo akan memanfaatkan teknologi Genose di kawasan pelabunan perikanan. Dengan begitu, pintu masuk pelabuhan diharapkan steril dari penyintas virus Covid-19.
Terkait teknologi substitusi cold storage, ungkap Fatah, Perum Perindo telah mengembangkan Cold Storage Portable di Pelabuhan Perikanan Pekalongan.
"Cold Storage Portable terbukti mampu menghemat daya listrik 54 persen sampai 57 persen dibandingkan dengan Cold Storage konvensional yang dimiliki Perum Perindo," ucap Fatah.
Bagi Perum Perindo, ungkap Fatah, keuntungan ini dapat meningkatkan efisensi biaya operasional di area Pelabuhan Perikanan.
Selain itu, ucap Fatah, keunggulan lainnya dari portable cold storage ini adalah bersifat knock down sehingga mudah dilakukan ekspansi atau upgrade kapasitas sesuai kebutuhan, flexible dan mudah dilakukan pemindahan apabila dibutuhkan. Fatah menjelaskan Portable Cold Storage memiliki Insulasi tinggi sehingga dapat menjaga suhu ruangan sangat baik, menggunakan refrigerant ramah lingkungan R452A dan aktivitas mesin terekam pada controller mesin sehingga dapat termonitor dengan baik.
"Setelah di Pekalongan, kami akan mengembangkan Cold Storage Portable di daerah lain," ungkap Fatah.