Senin 22 Mar 2021 04:45 WIB

5 Kegelapan dan 5 Penerangnya Menurut Abu Bakar RA

Abu Bakar menjelaskan tentang jenis kegelapan bagi seorang hamba

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nashih Nashrullah
Abu Bakar menjelaskan tentang jenis kegelapan bagi seorang hamba. Ilustrasi ampunan
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Abu Bakar menjelaskan tentang jenis kegelapan bagi seorang hamba. Ilustrasi ampunan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dunia merupakan tempat persinggahan sementara manusia. Manusia hanya akan kekal di akhirat nanti. 

 

Baca Juga

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan, perkataan Abu Bakar as-Shiddiq mengatakan kegelapan itu ada lima.

Pertama, cinta dunia bisa menyebabkan kegelapan karena cinta dunia bisa menjerumuskan seseorang pada syubhat. Kemudian itu akan menjerumuskan pada kemakruhan lalu keharaman. Rasulullah bersabda: 

 

حبّ الدنيا رأس كلِّ خطيئة “Cinta dunia adalah pangkal dari segala kesalahan dan kesalahan apa pun pasti dimulai dari cinta dunia.” (HR Baihaqi).

 

Gus Baha menjelaskan dengan mengutip Imam Ghazali,  sebagaimana cinta dunia merupakaan pangkal dari segala kesalahan maka membenci dunia adalah pangkal dari segala kebaikaan dan yang bisa menerangi kegelapan dunia adalah takwa. 

 

“Yakni, menjaga diri dari siksa Allah dan taat kepada-Nya,” kata Gus Baha dalam kajian Alam Kuburmu Itu Gelap, Lakukan 7 Hal Ini Biar Terang di kanal Youtube Santri Gayeng. 

 

Selain itu, Rasulullah bersabda, “Sungguh kamu tidak akan meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah kecuali Allah akan memberimu yang lebih baik daripada itu. kamu tidak meninggalkan maksiat yang kelihatannya enak kecuali nanti diganti Allah sesuatu yang lebih enak.” (HR Ahmad dan Nasa’i).

 

Kegelapan kedua, adalah berbuat dosa. Gus Baha menyebut dosa adalah kegelapan dan yang bisa menerangi adalah taubat. Ini sebagaimana dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Rasulullah bersabda: 

 

 “Sungguh seorang hamba jika melakukan kesalahan maka di hatinya akan dicap warna hitam. Ketika seseorang bermaksiat pasti terpatri ada hitam di hatinya. Maka ketika dia beristighfar dan berdoa, hatinya menjadi bersih kembali dan jika dia kembali berbuat dosa maka noda hitam itu akan ditambah sampai menyeluruh di hatinya.”

 

“Jadi ketika dia terus bermaksiat maka bekas kehitaman itu menjadi mendominasi hatinya. Jika sudah mendominasi, maka noda hitam itu pun berkarat. Karat yang membuat hatinya jadi tidak sensitif, tidak peka, dan tidak berfungsi,” ujar Gus Baha.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement